Saturday, September 17, 2016

ANALISA PENGGUNAAN METODE PENGAJARAN BAHASA SITUASIONAL UNTUK MATA KULIAH PERCAKAPAN I

BAB I
LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN
1.1  Latar Belakang

Belajar bahasa Mandarin itu sama pentingnya dengan belajar bahasa lain, yaitu bisa anda jadikan sebagai investasi di masa depan. Perkembangan ekonomi di Tiongkok yang semakin meningkat tajam adalah salah satu alasan kenapa semakin banyak orang tertarik untuk belajar Bahasa Mandarin dan mendalaminya.Dalam pembelajaran Bahasa Mandarin dan bahasa-bahasa lainnya, terdapat empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.Dari keempat aspek tersebut, berbicara termasuk salah satu yang dianggap sangat penting.Dalam Bahasa Mandarin, tulisan yang tertulis tidak hanya divokalkan dengan pengucapan biasa. Ada nada-nada tersendiri yang harus dikuasai. Salah pengucapan nada, maka arti dari apa yang kita ucapkan itu pun bisa berbeda.
Program studi Pendidikan Bahasa Mandarin di Universitas Negeri Jakarta memilki mata kuliah Metodologi Pengajaran Bahasa Mandarin yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang metode-metode pengajaran bahasa secara umum dan secara khusus, melatih mahasiswa dalam mengajarkan Bahasa Mandarin dalam bentuk simulasi mengajar, dan terakhir menulis tugar akhir berupa makalah analisa membahas metode pengajaran yang digunakan oleh rekan penulis.
Pembelajaran berbahasa asing merupakan sebuah kegiatan penanaman kebiasaan dengan menggunakan unsur tata bahasa, pengulangan, dan praktik. Dalam kelas Percakapan-lah praktik kegiatan tersebut dilakukan. Semakin banyak pembelajar berbicara, semakin banyak pula ia berlatih. Karena itu, penting bagi guru menemukan metode pengajaran bahasa yang dapat memacu pembelajar untuk banyak berbicara menggunakan bahasa sasaran, dalam hal ini Bahasa Mandarin. Oleh sebab itu sangat penting pula memilih metode yang tepat untuk digunaakan dalam pengajaran berbicara Bahasa Mandarin dengan lafal dan ton yang benar dimana inilah fokus utama dalam kelas Percakapan.

1.2  Rumusan Masalah
1. Apakah metode Pengajaran Bahasa Situasional (PBS) merupakan metode yang baik untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran mata kuliah Percakapan I?
2.  Apakah metode Pengajaran Bahasa Situasional yang diterapkan oleh pengajar pada kegiatan simulasi mengajar yang dilaksanakan oleh prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Jakarta pada mata kuliah Metodologi Pengajaran Bahasa Mandarin sudah sesuai dengan ciri dan prinsip metode tersebut?

1.3  Tujuan Penulisan
1.   Untuk mengetahui apakah metode Pengajaran Bahasa Situasional (PBS) merupakan metode yang baik untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran mata kuliah Percakapan I.
2.  Untuk mengetahui apakah metode Pengajaran Bahasa Situasional yang diterapkan oleh pengajar pada kegiatan simulasi mengajar yang dilaksanakan oleh prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Jakarta pada mata kuliah Metodologi Pengajaran Bahasa Mandarin sudah sesuai dengan ciri dan prinsip metode tersebut.





BAB II
TEORI DAN PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Metode Pengajaran Bahasa Situasional
Metode Pengajaran Bahasa Situasional atau yang sering disebut dengan Metode Situasional merupakan metode yang menghubungkan pola-pola struktural dari bahasa dengan situasi atau konteks kejadian. Kegiatan bahasa dipandang sebahgai bagian dari keseluruhan kegiatan yang melibatkan pelaku, objek dan situasi aktual.
Pendekatan ini berasal dari para pakar linguistik terapan dari Inggris tahun 1920-1930an. Pada masa ini, sejumlah pakar linguistik terapan terkemuka lainnya ikut mengembangkan dasar bagi pendekatan yang berprinsip terhadap metodologi dalam pengajaran bahasa.
Salah satu aspek utama dari metode ini adalah peranan kosakata. Pada tahun 1920-1930 dalam skala besar telah dilakukan beberapa penelitian mengenai kosakata bahasa asing, dan menghasilkan dua pandangan tentang metode ini yaitu:
1. Adanya suatu kesepakatan kata umum diantara para pakar khusus pengajaran bahasa.
2. Meningkatnya penekanan pada keterampilan membaca sebagai tujuan studi bahasa asing pada beberapa negara.
Kosakata merupakan komponen pokok keterampilan/kecakapan membaca. Peranan kosakata dianggap sangat penting dalam pengajaran bahasa dan juga dipakai dalam buku pelajaran bahasa sekolah. Para pakar bersependapat bahwa  “ada perkembangan kuantitas kosakata para pembelajar”. Pemilihan kosakata adalah pemusatan perhatian pada isi gramatikal pelajaran bahasa, dengan perkembangan pendekatan bersistem terhadap bobot leksikal dan gramatikal pelajaran bahasa, kini dalam pelajaran bahasa mandarin sebagai bahasa asing kedua pendekatan lisan atau The Oral Approach pun terbentuk dan berdiri dengan kuat, yang biasa disebut sebagai Situational Language Teaching atau Pengajaran Bahasa Situasional (PBS).

2.1.1.1 Ciri-ciri pengajaran metode Pengajaran Bahasa Situasional
Ciri utama dalam Pengajaran Bahasa Situasional yaitu:
a.       Pengajaran bahasa berawal dengan bahasa lisan. Bahasa diajarkan secara lisan sebelum disajikan dalam bentuk tertulis.
b.      Bahasa sasaran merupakan bahasa (pengantar) kelas.
c.       Kosakata baru diperkenalkan dan dipraktikkan secara situasional
d.      Prosedur penyeleksian kosakata dituruti untuk meyakinkan bahwa kosakata umum yang penting benar-benar disajikan.
e.       Tahapan tata bahasa dijelaskan secara bertahap sesuai dengan prinsip bahwa bentuk-bentuk yang sederhana diajarkan sebelum bentuk yang rumit.
f.       Membaca dan menulis diperkenalkan/dimulai apabila dasar leksikal dan gramatikal yang memadai sudah terpenuhi.

2.1.1.2 Kelebihan dan Kelemahan Pengajaran Bahasa Situasional

2.1.1.2.1 Kelebihan-kelebihan metode PengajaranBahasa Situasional ialah:
a.       Peserta didik mendapatkan latihan yang cukup banyak dalam kosa kata dan membaca.
b.      Peserta didik mendapat latihan yang cukup banyak dalam berbicara dan menyimak.
c.       Peserta didik mendapat latihan dalam sistem bunyi BT, tekanan, ritme, dan intonasi.

2.1.1.2.2 Kelemahan-kelemahan metode Pengajaran Bahasa Situasional ialah:
a.       Peserta didik terlalu banyak mendapat latihan dalam struktur dan kurang dalamberkomunikasi yang wajar.
b.      Para peserta didik mendapat latihan dalam berbicara dalam konteksberarti dengan siapa, dimana, topik apa, dan kapan waktunya, sehingga ragam yang dipelajari hanya satu saja.

2.1.1.3 Prinsip Metode Pengajaran Bahasa Situasional
Metode Pengajaran Bahasa Situasional dilakukan dengan prinsip antara lain:
a.       Butir-butir tata bahasa disajikan secara situasional dalam pola-pola kalimat yang menunjukan fungsi dan maknanya.
b.      Setiap pola kalimat yang baru hanya memperkenalkan satu jenis struktur kalimat.
c.       Butir-butir yang menjadi penyebab kesulitan bagi siswa menjadi perhatian khusus.
d.      Penyajian melalui pendengaran dan lisan serta latihan dirangkum melalui membaca dan mengarang.
e.       Membimbing dalam pengucapan tekanan suku kata dari kata-kata baru, ritme kalimat, dan pola-pola kalimat baru.

2.1.1.4 Teknik Pengajaran Berbicara Metode Situasional
Berikut beberapa metode pengajaran berbicara untuk memudahkan mengenal, memahami, menghayati dan dapat dipraktikkan dalam pengajaran berbicara, yaitu:
a.       Ulang Ucapan: Mengulangi kata yang diucapkan oleh guru.
b.      Lihat dan Ucap: mengucapkan suatu kata atau kalimat yang berhubungan dengan benda yang diperlihatkan oleh guru.
c.       Deskripsi: mendeskripsikan suatu benda yang diperlihatkan oleh guru.
d.      Bertanya: siswa dituntut untuk bertanya seputar tugas atau materi yang tidak dipahaminya.
e.       Menjawab Pertanyaan: Siswa menjawab soal-soal atau pertanyaan yang diberikan oleh guru
f.       Melanjutkan: Kegiatan ini siswa secara bergiliran melanjutkan sebuah cerita atau ide dalam suatu pelajaran atau tugas.
g.      Menceritakan Kembali: menceritakan kembali isi cerita secara lisan dihadapan teman-teman atau audien.
h.      Bermain peran: dengan memerankan siswa diharapkan dapat memahami alur dan juga menjiwai karakter masing-masing tokoh dengan untaian kata percakapan yang diucapkan.
i.        Reka Cerita Gambar: Siswa diminta untuk menyusun kembali gambar sesuai urutan yang benar.
j.        Pelaporan: siswa melakukan pengamatan terhadap suatu kegiatan tertentu kemudian melaporkan hasil pengamatan tersebut secara lisan di kelas.
k.      Wawancara: siswa bertanya hingga menganalisa jawaban dari narasumber seperti seorang wartawan.
l.        Diskusi: bertukar pikiran dengan teman atau suatu kelompok untuk memecahkan suatu masalah atau hal.

2.1.2 Kegiatan Simulasi

            Berikut adalah alur kegiatan simulasi mengajar yang dilakukan oleh pengajar pada mata kuliah Metodologi Pengajaran Bahasa Mandarin di Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Jakarta.

       I.            Pembukaan
-          Salam dan absen
    II.            Pembahasan Materi
-          Membahas kosakata baru
Pada buku teks, terdapat kosakata-kosakata baru. Pengajar menerjemahkan satu per satu kosakata baru bersama dengan pembelajar.
-          Membaca teks
Pengajar membaca terlebih dahulu, lalu pembelajar mengikuti. Setelah itu, pengajar meminta pembelajar membaca teks dengan lantang secara bergantian.
-          Tanya jawab berdasarkan teks
Pengajar menanyakan kepada pembelajar apakah ada bagian teks yang masih belum dipahami oleh pembelajar.
-          Membuat dialog berdasarkan tema teks
Pembelajar diminta untuk membuat dialog berdasarkan tema yang ada pada buku teks.
-          Berdialog di depan kelas
Setelah membuat dialog, dialog tersebut dihafalkan, lalu diucapkan di depan kelas untuk dinilai.
 III.            Penutup
-          Pemberian tugas
Pengajar memberikan tugas kepada pembelajar untuk menceritakan kembali teks dalam bentuk monolog pada pertemuan selanjutnya.
-          Salam

2.2  Pembahasan

2.2.1        Ketepatan penggunaan metode Pengajaran Bahasa Situasional (PBS) dalam kegiatan pembelajaran mata kuliah Percakapan I.
Menimbang dari segi teori dan segi pengamatan yang penulis lakukan terhadap simulasi mengajar salah satu pengajar, penulis setuju bahwa metode Pembelajaran Bahasa Situasional (PBS) sesuai untuk digunakan dalam pelajaran Percakapan I. Sebab, dalam pembelajaran bahasa secara situasional, bahasa diajarkan dengan cara mempraktikkan penggunaan pola-pola kalimat dalam berbagai kegiatan berdasarkan situasi yang bermakna. Pola-pola kalimat yang baru dipresentasikan secara lisan. Pola kalimat tersebut mengontrol pembelajar dalam berbicara dan semakin banyak siswa berlatih menggunakan struktur atau pola bahasa secara lisan akan membuat kemampuan berbicara, membaca, dan menulisnya berkembang secara otomatis.
Dalam simulasi mengajar, dapat terlihat juga kelebihan-kelebihan dari metode tersebut. Peserta didik mendapatkan latihan yang cukup banyak dalam kosakata, membaca, dan berbicara. Pertama, dilakukan pembacaan dan penerjemahan kosakata baru, lalu dilanjutkan dengan membaca teks dan dialog yang tertulis pada buku teks. Setelah itu, pengajar meminta pembelajar untuk berkelompok dan membuat dialog singkat berdasarkan topik dari teks yang telah dibaca. Kemudian, para pembelajar diminta untuk menampilkan dialog singkat tersebut tanpa teks di depan kelas. Pada saat pembelajar menampilkan dialog mereka, pengajar mengambil nilai. Tidak diberitahukan unsur-unsur penilaian yang dilakukan. Hanya saja, menurut analisa penulis, sebaiknya yang menjadi unsur-unsur penilaian, yaitu lafal, ton, jeda, penggunaan tata bahasa, dan terakhir pemilihan kata.
Walaupun metode ini dianggap memiliki kelemahan, kelemahan metode ini dapat diperbaiki seiring dengan berkembangnnya pengetahuan pembelajar tentang Bahasa Mandarin di bab-bab selanjutnya. Jika ekspektasi ini tidak terlaksana, dosen sebagai pengajar dianjurkan untuk mengarahkan Mahasiswa sebagai pembelajar untuk menuju kepada ekspektasi tersebut agar kemampuan berbicara dan berbahasa pembelajar juga meningkat.
Melihat beberpa teknik pengajaran metode situasional yang ada pada kajian teori, ada beberapa teknik yang tidak cocok untuk dilakukan di dalam kelas namun bisa dijadikan tugas akhir, yaitu:
a.       Pelaporan: pelajar melakukan pengamatan terhadap suatu kegiatan tertentu kemudian melaporkan hasil pengamatan tersebut secara lisan di kelas.
b.      Wawancara: pembelajar bertanya hingga menganalisa jawaban dari narasumber seperti seorang wartawan.
c.       Diskusi: bertukar pikiran dengan teman atau suatu kelompok untuk memecahkan suatu masalah.

2.2.2 Kesesuaian penggunaan metode Pengajaran Bahasa Situasional oleh pengajar pada kegiatan simulasi mengajar yang dilaksanakan oleh prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Jakarta pada mata kuliah Metodologi Pengajaran Bahasa Mandarin dengan ciri dan prinsip metode tersebut.
Dalam simulasi mengajar tersebut, pengajar kurang dapat memberikan latihan yang cukup dalam hal menyimak, sebab bahasa pengantar kelas yang digunakan pengajar adalah bahasa ibu pembelajar, yaitu Bahasa Indonesia. Sesuai dengan salah satu ciri utama dalam metode situasional, bahasa sasaran seharusnya merupakan bahasa pengantar kelas.
Dalam simulasi, pengajar tidak menjelaskan tahapan tata bahasa secara bertahap sesuai dengan prinsip bahwa bentuk-bentuk yang sederhana diajarkan sebelum bentuk yang rumit. Ini perlu dilakukan sebelum pembahasan lebih mendalam pada mata kuliah tata bahasa agar pembelajar memahami pengunaan unsur tata bahasa terutama dalam ragam lisan.Tentu saja dengan tetap perpegang pada prinsip metode situasional yang mengatakan bahwa:
a.       Butir-butir tata bahasa disajikan secara situasional dalam pola kalimat yang menunjukan fungsi dan maknanya.Setiap pola kalimat yang baru hanya memperkenalkan satu jenis struktur kalimat.
b.      Butir-butir yang menjadi penyebab kesulitan bagi siswa menjadi perhatian khusus.
c.       Membimbing dalam pengucapan tekanan suku kata dari kata-kata baru, ritme kalimat, dan pola-pola kalimat baru.

Melihat dari sisi teknik pengajaran berbicara yang digunakan pengajar, berikut hasil pengamatan penulis pada saat simulasi.

a.       Mengulang ucapan: mengulangi kata yang diucapkan oleh pengajar.
Dalam simulasi, pembelajar mengulang kata yang diucapkan oleh pengajar pada saat pembahasan kosakata baru dan saat pembacaan teks. Ini bertujuan untuk memperbaiki lafal, ton, intonasi dan jeda dalam pembacaan teks.

b.      Melihat ucapan: mengucapkan suatu kata atau kalimat yang berhubungan dengan benda yang diperlihatkan oleh pengajar.
Dalam simulasi, teknik ini belum digunakan oleh pengajar. Teknik ini baik dilakukan agar pembelajar tidak terfokus pada buku teks, namun bisa menyesuaikan dengan bahan luar. Benda yang diperlihatkan pun bisa dalam bentuk digital atau alat peraga. Teknik ini masih bersentuhan dengan metode lain.

c.       Mendeskripsikan: mendeskripsikan suatu benda yang diperlihatkan oleh pengajar.
Seperti pada poin sebelumnya, poin ini belum digunakan oleh pengajar. Namun, teknik ini bisa diberikan kepada pembelajar sebagai tugas rumah.

d.      Bertanya: pembelajar dituntut untuk bertanya seputar tugas atau materi yang tidak dipahaminya.
Dalam simulasi, pengajar memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk menanyakan materi yang belum dipaham. Hal ini baik, namun lebih baik lagi jika semua mahasiswa diharuskan untuk membuat pertanyaan yang akan diajukan kepada sesama pembelajar agar terjadi interaksi sebagai bentuk latihan berbicara. Sebab, jika tidak demikian, apabila pembelajar merasa telah memahami materi yang diajarkan, maka tidak akan ada pertanyaan dan tidak ada interaksi yang cukup.

e.       Menjawab pertanyaan: pembelajar menjawab soal-soal atau pertanyaan yang diberikan oleh pengajar.
Dalam simulasi ini, pengajar tidak memberikan pertanyaan kepada siswa. Padahal, teknik ini baik untuk memacu pembelajar berbicara menggunakan bahasa sasaran selain untuk melihat pemahaman siswa akan teks yang telah dibaca.

f.       Melanjutkan: Kegiatan ini siswa secara bergiliran melanjutkan sebuah cerita atau ide dalam suatu pelajaran atau tugas.
Dalam simulasi ini, pengajar belum mempraktikan teknik ini. Namun teknik ini jarang dilakukan di dalam kelas. Biasanya teknik ini dilakukan sebagai tugas rumah.
g.      Menceritakan kembali: menceritakan kembali isi cerita secara lisan dihadapan teman-teman.
Dalam simulasi ini, pengajar menggunakan teknik ini untuk tugas rumah. Untuk menghemat waktu, pengajar meminta pembelajar mempersiapkan terlebih dahulu di rumah, lalu mengucapkannya di depan kelas pada pertemuan selanjutnya.

h.      Percakapan / permainan peran: dengan memerankan siswa diharapkan dapat memahami alur dan juga menjiwai karakter masing-masing tokoh dengan untaian kata percakapan yang diucapkan..
Dalam simulasi, pengajar sudah menggunakan teknik ini dengan meminta pembelajar berkelompok untuk membuat dialog singkat yang sesuaai dengan situasi pada buku teks yang lalu dipraktikan di depan kelas.

i.        Reka cerita gambar: pembelajar diminta untuk menyusun kembali gambar sesuai urutan yang benar.
Dalam simulasi mengajar yang dilakukan saudari Mega, teknik ini juga belum dipergunakan.Teknik ini bertujuan untuk mentsimulus pembelajar untuk banyak melatih berbicara.Penggunaan teknik ini menuntut pengajar untuk mencari gambar yang masih berhubungan dengan situasi pada buku teks.

            Jika ditinjau dari sisi prinsip pengajaran, dengan tidak dijelaskannya butir-butir tata bahasa yang penting untuk dijadikan acuan dalam praktik pembuatan kalimat dalam proses pembuatan dialog, membuat pengajaran melenceng dari prinsipnya. Namun, ditinjau dari sisi teknik, ketepatan pengajar sudah terarah ke arah metode Pengajaran Bahasa Situasional.



BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan kajian teori yang telah penulis mengerti, penulis menyimpulkan bahwa metode Pengajaran Bahasa Situasional sangatlah sesuai untuk digunakan dalam pengajaran berbicara dalam mata kuliah Percakapan I.Sebab, dalam pembelajaran bahasa secara situasional, bahasa diajarkan dengan cara mempraktikkan penggunaan pola-pola kalimat dalam berbagai kegiatan berdasarkan situasi yang bermakna. Pola-pola kalimat yang baru dipresentasikan secara lisan. Pola kalimat tersebut  mengontrol pembelajar dalam berbicara dan semakin banyak siswa berlatih menggunakan struktur atau pola bahasa secara lisan akan membuat kemampuan berbicara, membaca, dan menulisnya berkembang secara otomatis.
Dalam simulasi mengajar dapat terlihat kelebihan-kelebihan dari metode tersebut. Pembelajar mendapatkan latihan yang cukup dalam kosakata, membaca, dan berbicara. Pertama, dilakukan pembacaan kosakata baru, lalu dilanjutkan dengan membaca teks dan dialog yang tertulis pada buku teks. Setelah itu, pengajar meminta pembelajar untuk berkelompok dan membuat dialog singkat berdasarkan topik dari teks yang telah dibaca.Setelah itu, para Mahasiswa diminta untuk menampilkan dialog singkat tersebut tanpa teks. Pada saat Mahasiswa menampilkan dialog mereka, pengajar mengambil nilai. Tidak diberitahukan unsur-unsur penilaian yang dilakukan. Hanya saja, menurut analisa penulis, sebaiknya yang menjadi unsur-unsur penilaian, yaitu lafal, ton, jeda, penggunaan tata bahasa, dan terakhir pemilihan kata.
Menurut pengamatan penulis terhadap pengajar, penulis menyimpulkan bahwa penggunaan metode Pengajaran Bahasa Situasional pada simulasi mengajar yang dilakukan pengajar belum sesuai dengan salah satu ciri utama metode Pengajaran Bahasa Situasional, yaitu menggunakan bahasa sasaran sebagai bahasa pengantar di kelas. Melihat dari sisi teknik pengajaran berbicara yang digunakan pengajar, masih ada beberapa teknik yang sebenarnya dapat digunakan namun belum digunakan pada saat simulasi, seperti:
1)      Mengulang ucapan: mengulangi kata yang diucapkan oleh pengajar.
2)      Melihat ucapan: mengucapkan suatu kata atau kalimat yang berhubungan dengan benda yang diperlihatkan oleh pengajar.
3)      Mendeskripsikan: mendeskripsikan suatu benda yang diperlihatkan oleh pengajar.
4)      Menjawab pertanyaan: pembelajar menjawab soal-soal atau pertanyaan yang diberikan oleh pengajar.
5)      Menceritakan kembali: menceritakan kembali isi cerita secara lisan dihadapan teman-teman.
6)      Reka cerita gambar: pembelajar diminta untuk menyusun kembali gambar sesuai urutan yang benar.

Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa penggunaan metode Pengajaran Bahasa Situasional tepat, hanya saja praktik dari metode ini yang dilakukan oleh pengajar seharusnya bisa dikembangkan secara lebih baik.





DAFTAR PUSTAKA

1.         Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa . Jakarta P2LPTK.
2.         Tarigan, Henry Guntur. 1991. Metodologi Pengajaran Bahasa 1. Bandung: Penerbit Angkasa.


3.         Tarigan, Henry Guntur. 1991. Metodologi Pengajaran Bahasa 2. Bandung: Penerbit Angkasa.

No comments:

Post a Comment