BAB I
LATAR
BELAKANG DAN PERMASALAHAN
1.1
Latar
Belakang
Belajar bahasa
Mandarin itu sama pentingnya dengan belajar bahasa lain, yaitu bisa anda
jadikan sebagai investasi di masa depan. Perkembangan ekonomi di Tiongkok yang
semakin meningkat tajam adalah salah satu alasan kenapa semakin banyak orang
tertarik untuk belajar Bahasa Mandarin dan mendalaminya.Dalam pembelajaran
Bahasa Mandarin dan bahasa-bahasa lainnya, terdapat empat aspek keterampilan
berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.Dari keempat aspek
tersebut, berbicara termasuk salah satu yang dianggap sangat penting.Dalam
Bahasa Mandarin, tulisan yang tertulis tidak hanya divokalkan dengan pengucapan
biasa. Ada nada-nada tersendiri yang harus dikuasai. Salah pengucapan nada,
maka arti dari apa yang kita ucapkan itu pun bisa berbeda.
Program studi Pendidikan Bahasa Mandarin di
Universitas Negeri Jakarta memilki mata kuliah Metodologi Pengajaran Bahasa
Mandarin yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang metode-metode
pengajaran bahasa secara umum dan secara khusus, melatih mahasiswa dalam
mengajarkan Bahasa Mandarin dalam bentuk simulasi mengajar, dan terakhir
menulis tugar akhir berupa makalah analisa membahas metode pengajaran yang
digunakan oleh rekan penulis.
Pembelajaran berbahasa asing merupakan sebuah
kegiatan penanaman kebiasaan dengan menggunakan unsur tata bahasa, pengulangan,
dan praktik. Dalam kelas Percakapan-lah praktik kegiatan tersebut dilakukan.
Semakin banyak pembelajar berbicara, semakin banyak pula ia berlatih. Karena
itu, penting bagi guru menemukan metode pengajaran bahasa yang dapat memacu pembelajar
untuk banyak berbicara menggunakan bahasa sasaran, dalam hal ini Bahasa
Mandarin. Oleh sebab itu sangat
penting pula memilih metode yang tepat untuk digunaakan dalam pengajaran
berbicara Bahasa Mandarin dengan lafal dan ton yang benar dimana inilah fokus
utama dalam kelas Percakapan.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apakah metode Pengajaran Bahasa Situasional
(PBS) merupakan metode yang baik untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran
mata kuliah Percakapan I?
2. Apakah
metode Pengajaran Bahasa Situasional yang diterapkan oleh pengajar pada
kegiatan simulasi mengajar yang dilaksanakan oleh prodi Pendidikan Bahasa
Mandarin Universitas Negeri Jakarta pada mata kuliah Metodologi Pengajaran
Bahasa Mandarin sudah sesuai dengan ciri dan prinsip metode tersebut?
1.3
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
mengetahui apakah metode Pengajaran Bahasa Situasional (PBS) merupakan metode
yang baik untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran mata kuliah Percakapan I.
2. Untuk
mengetahui apakah metode Pengajaran Bahasa Situasional yang diterapkan oleh
pengajar pada kegiatan simulasi mengajar yang dilaksanakan oleh prodi
Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Jakarta pada mata kuliah
Metodologi Pengajaran Bahasa Mandarin sudah sesuai dengan ciri dan prinsip
metode tersebut.
BAB II
TEORI
DAN PEMBAHASAN
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Metode Pengajaran Bahasa Situasional
Metode Pengajaran Bahasa Situasional atau yang
sering disebut dengan Metode Situasional merupakan metode yang menghubungkan
pola-pola struktural dari bahasa dengan situasi atau konteks kejadian. Kegiatan
bahasa dipandang sebahgai bagian dari keseluruhan kegiatan yang melibatkan
pelaku, objek dan situasi aktual.
Pendekatan ini berasal dari para pakar
linguistik terapan dari Inggris tahun 1920-1930an. Pada masa ini, sejumlah
pakar linguistik terapan terkemuka lainnya ikut mengembangkan dasar bagi
pendekatan yang berprinsip terhadap metodologi dalam pengajaran bahasa.
Salah satu aspek utama dari metode ini adalah
peranan kosakata. Pada tahun 1920-1930 dalam skala besar telah dilakukan
beberapa penelitian mengenai kosakata bahasa asing, dan menghasilkan dua
pandangan tentang metode ini yaitu:
1. Adanya
suatu kesepakatan kata umum diantara para pakar khusus pengajaran bahasa.
2. Meningkatnya
penekanan pada keterampilan membaca sebagai tujuan studi bahasa asing pada
beberapa negara.
Kosakata merupakan komponen pokok
keterampilan/kecakapan membaca. Peranan kosakata dianggap sangat penting dalam
pengajaran bahasa dan juga dipakai dalam buku pelajaran bahasa sekolah. Para
pakar bersependapat bahwa “ada
perkembangan kuantitas kosakata para pembelajar”. Pemilihan kosakata adalah
pemusatan perhatian pada isi gramatikal pelajaran bahasa, dengan perkembangan
pendekatan bersistem terhadap bobot leksikal dan gramatikal pelajaran bahasa,
kini dalam pelajaran bahasa mandarin sebagai bahasa asing kedua pendekatan
lisan atau The Oral Approach pun terbentuk dan berdiri dengan kuat, yang biasa
disebut sebagai Situational Language Teaching atau Pengajaran Bahasa
Situasional (PBS).
2.1.1.1 Ciri-ciri pengajaran
metode Pengajaran Bahasa Situasional
Ciri utama dalam Pengajaran Bahasa Situasional
yaitu:
a.
Pengajaran
bahasa berawal dengan bahasa lisan. Bahasa diajarkan secara lisan sebelum
disajikan dalam bentuk tertulis.
b.
Bahasa
sasaran merupakan bahasa (pengantar) kelas.
c.
Kosakata
baru diperkenalkan dan dipraktikkan secara situasional
d.
Prosedur
penyeleksian kosakata dituruti untuk meyakinkan bahwa kosakata umum yang
penting benar-benar disajikan.
e.
Tahapan
tata bahasa dijelaskan secara bertahap sesuai dengan prinsip bahwa
bentuk-bentuk yang sederhana diajarkan sebelum bentuk yang rumit.
f.
Membaca
dan menulis diperkenalkan/dimulai apabila dasar leksikal dan gramatikal yang
memadai sudah terpenuhi.
2.1.1.2 Kelebihan dan Kelemahan
Pengajaran Bahasa Situasional
2.1.1.2.1 Kelebihan-kelebihan metode PengajaranBahasa Situasional
ialah:
a.
Peserta
didik mendapatkan latihan yang cukup banyak dalam kosa kata dan membaca.
b.
Peserta
didik mendapat latihan yang cukup banyak dalam berbicara dan menyimak.
c.
Peserta
didik mendapat latihan dalam sistem bunyi BT, tekanan, ritme, dan intonasi.
2.1.1.2.2 Kelemahan-kelemahan metode Pengajaran Bahasa Situasional
ialah:
a.
Peserta
didik terlalu banyak mendapat latihan dalam struktur dan kurang
dalamberkomunikasi yang wajar.
b.
Para peserta
didik mendapat latihan dalam berbicara dalam konteksberarti dengan siapa,
dimana, topik apa, dan kapan waktunya, sehingga ragam yang dipelajari hanya
satu saja.
2.1.1.3 Prinsip Metode Pengajaran Bahasa Situasional
Metode Pengajaran Bahasa Situasional dilakukan
dengan prinsip antara lain:
a.
Butir-butir
tata bahasa disajikan secara situasional dalam pola-pola kalimat yang
menunjukan fungsi dan maknanya.
b.
Setiap
pola kalimat yang baru hanya memperkenalkan satu jenis struktur kalimat.
c.
Butir-butir
yang menjadi penyebab kesulitan bagi siswa menjadi perhatian khusus.
d.
Penyajian
melalui pendengaran dan lisan serta latihan dirangkum melalui membaca dan
mengarang.
e.
Membimbing
dalam pengucapan tekanan suku kata dari kata-kata baru, ritme kalimat, dan
pola-pola kalimat baru.
2.1.1.4 Teknik Pengajaran Berbicara Metode Situasional
Berikut beberapa metode pengajaran berbicara
untuk memudahkan mengenal, memahami, menghayati dan dapat dipraktikkan dalam
pengajaran berbicara, yaitu:
a.
Ulang
Ucapan: Mengulangi kata yang diucapkan oleh guru.
b.
Lihat dan
Ucap: mengucapkan suatu kata atau kalimat yang berhubungan dengan benda yang
diperlihatkan oleh guru.
c.
Deskripsi:
mendeskripsikan suatu benda yang diperlihatkan oleh guru.
d.
Bertanya:
siswa dituntut untuk bertanya seputar tugas atau materi yang tidak dipahaminya.
e.
Menjawab
Pertanyaan: Siswa menjawab soal-soal atau pertanyaan yang diberikan oleh guru
f.
Melanjutkan:
Kegiatan ini siswa secara bergiliran melanjutkan sebuah cerita atau ide dalam
suatu pelajaran atau tugas.
g.
Menceritakan
Kembali: menceritakan kembali isi cerita secara lisan dihadapan teman-teman
atau audien.
h.
Bermain
peran: dengan memerankan siswa diharapkan dapat memahami alur dan juga menjiwai
karakter masing-masing tokoh dengan untaian kata percakapan yang diucapkan.
i.
Reka
Cerita Gambar: Siswa diminta untuk menyusun kembali gambar sesuai urutan yang
benar.
j.
Pelaporan:
siswa melakukan pengamatan terhadap suatu kegiatan tertentu kemudian melaporkan
hasil pengamatan tersebut secara lisan di kelas.
k.
Wawancara:
siswa bertanya hingga menganalisa jawaban dari narasumber seperti seorang
wartawan.
l.
Diskusi:
bertukar pikiran dengan teman atau suatu kelompok untuk memecahkan suatu
masalah atau hal.
2.1.2 Kegiatan Simulasi
Berikut adalah alur
kegiatan simulasi mengajar yang dilakukan oleh pengajar pada mata kuliah
Metodologi Pengajaran Bahasa Mandarin di Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin
Universitas Negeri Jakarta.
I.
Pembukaan
-
Salam dan
absen
II.
Pembahasan
Materi
-
Membahas
kosakata baru
Pada buku teks, terdapat kosakata-kosakata
baru. Pengajar menerjemahkan satu per satu kosakata baru bersama dengan
pembelajar.
-
Membaca
teks
Pengajar membaca terlebih dahulu, lalu
pembelajar mengikuti. Setelah itu, pengajar meminta pembelajar membaca teks
dengan lantang secara bergantian.
-
Tanya
jawab berdasarkan teks
Pengajar menanyakan kepada pembelajar apakah
ada bagian teks yang masih belum dipahami oleh pembelajar.
-
Membuat
dialog berdasarkan tema teks
Pembelajar diminta untuk membuat dialog
berdasarkan tema yang ada pada buku teks.
-
Berdialog
di depan kelas
Setelah membuat dialog, dialog tersebut
dihafalkan, lalu diucapkan di depan kelas untuk dinilai.
III.
Penutup
-
Pemberian
tugas
Pengajar memberikan
tugas kepada pembelajar untuk menceritakan kembali teks dalam bentuk monolog
pada pertemuan selanjutnya.
-
Salam
2.2
Pembahasan
2.2.1
Ketepatan
penggunaan metode Pengajaran Bahasa Situasional (PBS) dalam kegiatan pembelajaran
mata kuliah Percakapan I.
Menimbang
dari segi teori dan segi pengamatan yang penulis lakukan terhadap simulasi
mengajar salah satu pengajar, penulis setuju bahwa metode Pembelajaran Bahasa
Situasional (PBS) sesuai untuk digunakan dalam pelajaran Percakapan I. Sebab,
dalam pembelajaran bahasa secara situasional, bahasa diajarkan dengan cara
mempraktikkan penggunaan pola-pola kalimat dalam berbagai kegiatan berdasarkan
situasi yang bermakna. Pola-pola kalimat yang baru dipresentasikan secara
lisan. Pola kalimat tersebut mengontrol pembelajar dalam berbicara dan semakin
banyak siswa berlatih menggunakan struktur atau pola bahasa secara lisan akan
membuat kemampuan berbicara, membaca, dan menulisnya berkembang secara
otomatis.
Dalam
simulasi mengajar, dapat terlihat juga kelebihan-kelebihan dari metode tersebut.
Peserta didik mendapatkan latihan yang cukup banyak dalam kosakata, membaca,
dan berbicara. Pertama, dilakukan pembacaan dan penerjemahan kosakata baru,
lalu dilanjutkan dengan membaca teks dan dialog yang tertulis pada buku teks.
Setelah itu, pengajar meminta pembelajar untuk berkelompok dan membuat dialog
singkat berdasarkan topik dari teks yang telah dibaca. Kemudian, para
pembelajar diminta untuk menampilkan dialog singkat tersebut tanpa teks di
depan kelas. Pada saat pembelajar menampilkan dialog mereka, pengajar mengambil
nilai. Tidak diberitahukan unsur-unsur penilaian yang dilakukan. Hanya saja,
menurut analisa penulis, sebaiknya yang menjadi unsur-unsur penilaian, yaitu
lafal, ton, jeda, penggunaan tata bahasa, dan terakhir pemilihan kata.
Walaupun
metode ini dianggap memiliki kelemahan, kelemahan metode ini dapat diperbaiki
seiring dengan berkembangnnya pengetahuan pembelajar tentang Bahasa Mandarin di
bab-bab selanjutnya. Jika ekspektasi ini tidak terlaksana, dosen sebagai
pengajar dianjurkan untuk mengarahkan Mahasiswa sebagai pembelajar untuk menuju
kepada ekspektasi tersebut agar kemampuan berbicara dan berbahasa pembelajar
juga meningkat.
Melihat
beberpa teknik pengajaran metode situasional yang ada pada kajian teori, ada
beberapa teknik yang tidak cocok untuk dilakukan di dalam kelas namun bisa
dijadikan tugas akhir, yaitu:
a.
Pelaporan:
pelajar melakukan pengamatan terhadap suatu kegiatan tertentu kemudian
melaporkan hasil pengamatan tersebut secara lisan di kelas.
b.
Wawancara:
pembelajar bertanya hingga menganalisa jawaban dari narasumber seperti seorang
wartawan.
c.
Diskusi:
bertukar pikiran dengan teman atau suatu kelompok untuk memecahkan suatu
masalah.
2.2.2
Kesesuaian penggunaan metode Pengajaran Bahasa Situasional oleh pengajar pada
kegiatan simulasi mengajar yang dilaksanakan oleh prodi Pendidikan Bahasa
Mandarin Universitas Negeri Jakarta pada mata kuliah Metodologi Pengajaran
Bahasa Mandarin dengan ciri dan prinsip metode tersebut.
Dalam
simulasi mengajar tersebut, pengajar kurang dapat memberikan latihan yang cukup
dalam hal menyimak, sebab bahasa pengantar kelas yang digunakan pengajar adalah
bahasa ibu pembelajar, yaitu Bahasa Indonesia. Sesuai dengan salah satu ciri
utama dalam metode situasional, bahasa sasaran seharusnya merupakan bahasa
pengantar kelas.
Dalam
simulasi, pengajar tidak menjelaskan tahapan tata bahasa secara bertahap sesuai
dengan prinsip bahwa bentuk-bentuk yang sederhana diajarkan sebelum bentuk yang
rumit. Ini perlu dilakukan sebelum pembahasan lebih mendalam pada mata kuliah
tata bahasa agar pembelajar memahami pengunaan unsur tata bahasa terutama dalam
ragam lisan.Tentu saja dengan tetap perpegang pada prinsip metode situasional
yang mengatakan bahwa:
a.
Butir-butir
tata bahasa disajikan secara situasional dalam pola kalimat yang menunjukan
fungsi dan maknanya.Setiap pola kalimat yang baru hanya memperkenalkan satu
jenis struktur kalimat.
b.
Butir-butir
yang menjadi penyebab kesulitan bagi siswa menjadi perhatian khusus.
c.
Membimbing
dalam pengucapan tekanan suku kata dari kata-kata baru, ritme kalimat, dan
pola-pola kalimat baru.
Melihat
dari sisi teknik pengajaran berbicara yang digunakan pengajar, berikut hasil
pengamatan penulis pada saat simulasi.
a. Mengulang ucapan: mengulangi kata yang
diucapkan oleh pengajar.
Dalam
simulasi, pembelajar mengulang kata yang diucapkan oleh pengajar pada saat
pembahasan kosakata baru dan saat pembacaan teks. Ini bertujuan untuk
memperbaiki lafal, ton, intonasi dan jeda dalam pembacaan teks.
b.
Melihat
ucapan: mengucapkan suatu kata atau kalimat yang berhubungan dengan benda yang
diperlihatkan oleh pengajar.
Dalam
simulasi, teknik ini belum digunakan oleh pengajar. Teknik ini baik dilakukan
agar pembelajar tidak terfokus pada buku teks, namun bisa menyesuaikan dengan
bahan luar. Benda yang diperlihatkan pun bisa dalam bentuk digital atau alat
peraga. Teknik ini masih bersentuhan dengan metode lain.
c.
Mendeskripsikan:
mendeskripsikan suatu benda yang diperlihatkan oleh pengajar.
Seperti
pada poin sebelumnya, poin ini belum digunakan oleh pengajar. Namun, teknik ini
bisa diberikan kepada pembelajar sebagai tugas rumah.
d. Bertanya: pembelajar dituntut untuk bertanya
seputar tugas atau materi yang tidak dipahaminya.
Dalam
simulasi, pengajar memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk menanyakan
materi yang belum dipaham. Hal ini baik, namun lebih baik lagi jika semua
mahasiswa diharuskan untuk membuat pertanyaan yang akan diajukan kepada sesama
pembelajar agar terjadi interaksi sebagai bentuk latihan berbicara. Sebab, jika
tidak demikian, apabila pembelajar merasa telah memahami materi yang diajarkan,
maka tidak akan ada pertanyaan dan tidak ada interaksi yang cukup.
e. Menjawab pertanyaan: pembelajar menjawab
soal-soal atau pertanyaan yang diberikan oleh pengajar.
Dalam
simulasi ini, pengajar tidak memberikan pertanyaan kepada siswa. Padahal,
teknik ini baik untuk memacu pembelajar berbicara menggunakan bahasa sasaran
selain untuk melihat pemahaman siswa akan teks yang telah dibaca.
f. Melanjutkan: Kegiatan ini siswa secara
bergiliran melanjutkan sebuah cerita atau ide dalam suatu pelajaran atau tugas.
Dalam
simulasi ini, pengajar belum mempraktikan teknik ini. Namun teknik ini jarang
dilakukan di dalam kelas. Biasanya teknik ini dilakukan sebagai tugas rumah.
g.
Menceritakan
kembali: menceritakan kembali isi cerita secara lisan dihadapan teman-teman.
Dalam
simulasi ini, pengajar menggunakan teknik ini untuk tugas rumah. Untuk menghemat
waktu, pengajar meminta pembelajar mempersiapkan terlebih dahulu di rumah, lalu
mengucapkannya di depan kelas pada pertemuan selanjutnya.
h.
Percakapan
/ permainan peran: dengan memerankan siswa diharapkan dapat memahami alur dan
juga menjiwai karakter masing-masing tokoh dengan untaian kata percakapan yang
diucapkan..
Dalam
simulasi, pengajar sudah menggunakan teknik ini dengan meminta pembelajar
berkelompok untuk membuat dialog singkat yang sesuaai dengan situasi pada buku
teks yang lalu dipraktikan di depan kelas.
i.
Reka
cerita gambar: pembelajar diminta untuk menyusun kembali gambar sesuai urutan
yang benar.
Dalam
simulasi mengajar yang dilakukan saudari Mega, teknik ini juga belum
dipergunakan.Teknik ini bertujuan untuk mentsimulus pembelajar untuk banyak
melatih berbicara.Penggunaan teknik ini menuntut pengajar untuk mencari gambar
yang masih berhubungan dengan situasi pada buku teks.
Jika ditinjau dari
sisi prinsip pengajaran, dengan tidak dijelaskannya butir-butir tata bahasa
yang penting untuk dijadikan acuan dalam praktik pembuatan kalimat dalam proses
pembuatan dialog, membuat pengajaran melenceng dari prinsipnya. Namun, ditinjau
dari sisi teknik, ketepatan pengajar sudah terarah ke arah metode Pengajaran
Bahasa Situasional.
BAB
III
KESIMPULAN
Berdasarkan kajian teori yang telah penulis
mengerti, penulis menyimpulkan bahwa metode Pengajaran Bahasa Situasional
sangatlah sesuai untuk digunakan dalam pengajaran berbicara dalam mata kuliah
Percakapan I.Sebab, dalam pembelajaran bahasa secara situasional, bahasa
diajarkan dengan cara mempraktikkan penggunaan pola-pola kalimat dalam berbagai
kegiatan berdasarkan situasi yang bermakna. Pola-pola kalimat yang baru
dipresentasikan secara lisan. Pola kalimat tersebut mengontrol pembelajar dalam berbicara dan
semakin banyak siswa berlatih menggunakan struktur atau pola bahasa secara
lisan akan membuat kemampuan berbicara, membaca, dan menulisnya berkembang
secara otomatis.
Dalam simulasi mengajar dapat terlihat kelebihan-kelebihan
dari metode tersebut. Pembelajar mendapatkan latihan yang cukup dalam kosakata,
membaca, dan berbicara. Pertama, dilakukan pembacaan kosakata baru, lalu
dilanjutkan dengan membaca teks dan dialog yang tertulis pada buku teks. Setelah
itu, pengajar meminta pembelajar untuk berkelompok dan membuat dialog singkat
berdasarkan topik dari teks yang telah dibaca.Setelah itu, para Mahasiswa
diminta untuk menampilkan dialog singkat tersebut tanpa teks. Pada saat
Mahasiswa menampilkan dialog mereka, pengajar mengambil nilai. Tidak
diberitahukan unsur-unsur penilaian yang dilakukan. Hanya saja, menurut analisa
penulis, sebaiknya yang menjadi unsur-unsur penilaian, yaitu lafal, ton, jeda,
penggunaan tata bahasa, dan terakhir pemilihan kata.
Menurut pengamatan penulis terhadap pengajar,
penulis menyimpulkan bahwa penggunaan metode Pengajaran Bahasa Situasional pada
simulasi mengajar yang dilakukan pengajar belum sesuai dengan salah satu ciri
utama metode Pengajaran Bahasa Situasional, yaitu menggunakan bahasa sasaran
sebagai bahasa pengantar di kelas. Melihat dari sisi teknik pengajaran
berbicara yang digunakan pengajar, masih ada beberapa teknik yang sebenarnya
dapat digunakan namun belum digunakan pada saat simulasi, seperti:
1) Mengulang ucapan: mengulangi kata yang
diucapkan oleh pengajar.
2) Melihat ucapan: mengucapkan suatu kata atau
kalimat yang berhubungan dengan benda yang diperlihatkan oleh pengajar.
3) Mendeskripsikan: mendeskripsikan suatu benda
yang diperlihatkan oleh pengajar.
4) Menjawab pertanyaan: pembelajar menjawab
soal-soal atau pertanyaan yang diberikan oleh pengajar.
5) Menceritakan kembali: menceritakan kembali isi
cerita secara lisan dihadapan teman-teman.
6) Reka cerita gambar: pembelajar diminta untuk
menyusun kembali gambar sesuai urutan yang benar.
Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa
penggunaan metode Pengajaran Bahasa Situasional tepat, hanya saja praktik dari
metode ini yang dilakukan oleh pengajar seharusnya bisa dikembangkan secara
lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Tarigan, Henry Guntur.
1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa . Jakarta P2LPTK.
2. Tarigan, Henry Guntur.
1991. Metodologi Pengajaran Bahasa 1. Bandung: Penerbit Angkasa.
3. Tarigan, Henry Guntur.
1991. Metodologi Pengajaran Bahasa 2. Bandung: Penerbit Angkasa.
No comments:
Post a Comment