Teori Kebenaran
1. Teori Koherensi
Suatu kebenaran dianggap benar bila pernyataan itu konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Contoh:
“3+4=7; 5+2=7; dan 6+1=7.”
Pernyataam ini dianggap benar karena pernyataan ini konsisten dengan pernyataan sebelumnya.
2. Teori Korespondensi
Suatu pernyataan dianggap benar apabila materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berhubungan dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Contoh:
“Ibukota Republik Indonesia adalah Jakarta.”
Pernyataan ini dianggap benar karena pernyataan ini bersikap faktual bahwa benar Jakarta adalah Ibukota Republik Indonesia.
3. Teori Pragmatisme
Suatu kebenaran diukur dengan criteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.
Contoh :
Sekiranya ada orang yang menyatakan sebuah teori X dalam pendidikan, dan dengan teori X tersebut dikembangkan teknik Y dalam meningkatkan kemampuan belajar.
Teori x dianggap benar karena teori X fungsional dan mempunyai kegunaan.
Sumber:
Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu: SebuahPengantar Populer. 2009. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Jinglejel wrote..
Friday, April 21, 2017
Friday, December 2, 2016
Merekrut Pegawai
A. Menentukan Persyaratan
Dalam proses pertama
untuk mendapatkan calon pekerja yang efektif dan sesuai dengan kualifikasi yang
dibutuhkan, sebuah perusahaan atau instansi akan menghadapi beberapa proses,
dari mulai menentukan kualifikasi pelamar sampai akhirnya pelamar tersebut akan
diangkat menjadi karyawan dalam perusahaan anda.
Untuk
mendapatkan calon karyawan yang sesuai, sangat dibutuhkan strategi rekrutmen
karyawan yang tepat dan efektif, jangan sampai proses rekrutmen karyawan ini
hanya jadi ajang membuang-buang waktu, uang dan tenaga tanpa menghasilkan apa
yang perusahaan atau instansi butuhkan.
Proses
rekrutmen yang paling awal akan bermula dari menentukan spesifikasi yang jelas
dari kebutuhan sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan atau instansi, baik
itu berdasarkan jumlah, tingkat keahlian, tingkat pendidikan dan tenggang waktu
untuk pemenuhan kebutuhan tersebut. Setelah itu ditentukan, strategi rekrutmen
karyawan berikutnya adalah dengan memproyeksikan daftar untuk mencapai tujuan
akhir terbaik berdasarkan prediksi kekosongan jabatan atau posisi (kebutuhan). Dalam
hal perencanaan perekrutan ini, perusahaan tersebut haruslah mempersiapkan
segala hal yang akan menunjang proses perekrutan supaya berjalan maksimal.
Dalam proses perencanaan rekrutmen tersebut, departemen HR harus sudah
mempersiapkan segalanya, dari mulai kualifikasi pelamar, posisi yang
diproyeksikan, jumlah kebutuhan dan hal lainnya.
B. Spesifikasi Jabatan
a) Analisis Jabatan
Analisis jabatan merupakan suatu proses
untuk mempelajari dan mengumpulkan berbagai informasi yang berhubungan dengan suatu jabatan. Untuk itu perlu
mengetahui pekerjaan-pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan, bagaimana
mengerjakannnya dan mengapa pekerjaan itu harus dikerjakan.
Jadi,
analisis jabatan adalah suatu proses yan sistematis untuk mengumpulkan,
menganalisis, dan mensintesnsiskan data jabatan. Dari analisis jabatan akan
diperoleh uraian jabatan dan spesifikasi jabatan. Uraian jabtan memuat keterangan
yang lengkap, singkat, jelas dan konsisten, mengenai suatu jabatan.
Uraian jabatan memuat hal-hal berikut :
- Identitas jabatan.
- Funsi jabatan.
- Uraian tugas.
- Wewenang.
- Tanggung jawab.
- Hubungan kerja.
- Bahan,alat, dan mesin yang digunakan.
- Kondisi kerja.
a)
Spesifikasi Jabatan
Spesifikasi jabatan
atau persyaratan jabatan memuat syarat-syarat minimum yang harus dipenuhi oleh
seseorang agar dapat melaksanakan jabatan tertentu dengan baik. Persyaratan
jabatan memuat antar lain :
a.
Persayaratn pendidikan
b.
Persyaratan peatihan
c.
Persyaratan psikologi
d.
Persyaratan khusus.
Informasi analisis
jabatan berguna bagi perencanaan sumber daya manusia, penarikan tenaga kerja,
orientasi, pelatihan dan pengembangan, penilaian pelaksaan pekerjaan,
perencanaan karier, kompensasi, keselamatan dan kesehatan pegawai, serta
hubungan ketenaga kerjaan, restrukturisasi organisasi/perusahaan, desain
pekerjaan, program pengembangan kualitas.
Dalam hal proyek
baru tentunya belum bisa melakukan analisis jabatan, tetapi dapat melakukan pernacangan
jabatan (job design) atau menggunakan
informasi jabatan kunci (key job)
dari proyek lain yang memliki jabatan sejenis atau menggunakan jasa expert
dalam bidangnya. Perancangan jabatan merupakan proses yang ditentukan dan
diciptakan oleh karakteristik dan kualitas kerja dari suatu jabtan. Pada
umumnya perancangan jabatan didasarkan pada pendekatan sebagai berikut:
a. Pendekatan
mekanistik
Perancangan kerja
dengan pendekatan mekanik didasrkan pada ilmu teknik mesin dan menitikberatkan
pada tugas. Pekerjaan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan
seefisien mugkin. Pekerjaan dibagi dalam tugas-tugas kecil, sederhana,
distandarkan dan dilakukan secara berulang-ulang oleh seseorang.ini harus
memisahkan secara tugas anatar pekerja fisik dan kerja otak.
b.
Pendekatan faktor manusia
Dalam perancangan
jabatan perlu memerhatikan factor tubuh baik biologi maupun psikologi pekerja.
Dimensi-dimensi fisik tubuh manusia perlu diperhatikan sehingga dapat
mempermudah mendesain peralatan kerja yang cocok secara biologi dan mengurangi
tekanan serta kelelahan saat bekerja.
c. Pendekatan motivasi
Pendekatan motivasi didasarkan pada
psikologi organisasi, di mana kerja dirancang untuk merangsang motivasi para
karyawan dan meningkatkan kepuasan kerja. Hal ini dapat dilakukan melalui
pengayaan kerja (job enrichment),
perluasan kerja ( job enlargement),
dan rotasi kerja (job rotation).
C. Recruitment
Penarikan (recruitment)
adalah upaya mencari calon karyawan yang memenuhi syarat tertentu sehingga
perusahaan dapa memilih orang-orang yang paling tepat untuk mengisi lowongan.
Calon karyan atau tenaga kerja dapat diperoleh melalui dua sumber yaitu dari
dalam organisasi (internal) atau sumber dari luar orgnisasi (eksternal). Sumber
internal adalah karyawan yang berada dalam organisasi itu sendiri untuk mengisi
lowongan pekerjaan. Sedangkan sumber eksternal adalah tenaga kerja yang berasal
dari pasar tenaga kerja atau luar organisasi dan diperoleh melalui periklanan,
Depnakar, institusi pendidikan, dan biro jasa. Untuk proyek atau bisnis
perluasan/ pengembangan dapat menggunakan sumber internal dan eksternal,
sedangkan bagi proyek atau bisnis baru hanya menggunakan sumber eksternal saja.
a) Tujuan
Perekrutan
1. Menyediakan
sekumpulan calon tenaga kerja atau karyawan yang memenuhi syarat.
2. Agar
konsisten dengan strategi, wawasan, dan nilai perusahaan.
3. Untuk
membantu mengurangi kemungkinan keluarnya karyawan yang belum lama bekerja.
4. Untuk
mengkoordinasikan upaya perekrutan dengan program seleksi dan pelatihan.
5. Untuk
memenuhi tanggungjawab perusahaan dalam upaya menciptakan kesempatan kerja.
b)
Sumber Perekrutan
Calon tenaga kerja yang akan
direkrut dapat diambil dari internal organisasi maupun eksternal organisasi.
Perekrutan tenaga kerja dari dalam biasanya dilakukan oleh organisasi atau
perusahaan yang telah lama berjalan dan memiliki sistem karir yang baik.
Perekrutan tenaga kerja dari dalam memiliki keuntungan, diantaranya adalah
tidak mahal, promosi dari dalam dapat memelihara loyalitas dan dedikasi
pegawai, dan tidak diperlukan masa adaptasi yang terlalu lama, karena sudah
terbiasa dengan suasana yang ada. Namun demikian, perekrutan dari dalam juga
berarti terjadinya pembatasan terhadap bakat yang sebenarnya tersedia bagi
organisasi dan mengurangi peluang masuknya pemikiran baru.
1. Eksternal
a) Lembaga
pendidikan
b) Teman
atau anggota keluarga karyawan
c) Lamaran
terdahulu yang telah masuk
d) Agen
tenaga kerja
e) Karyawan
perusahaan lain
f) Asosiasi
profesi
g) Outsourcing
2. Internal
a) Promosi
b) Transfer
atau rotasi
c) Pengkaryaan
karyawan kembali
d) Kelompok
pekerja sementara atau karyawan kontrak (temporer)
Metode
perekrutan karyawan dengan sumber dari luar perusahaan dapat dilakukan melalui:
a)
Iklan di media massa (radio, koran,
televisi, internet, dan lain-lain).
b)
Iklan atau adventensi diharapkan
perusahaan dapat merekrut calon tenaga kerja dengan spesifikasi tertentu dan
dengan pengalaman kerja tertentu. Perekrutan melalui iklan ini biasanya
disertai dengan suatu janji yang menarik, misalnya gaji yang besar, masa depan
yang menarik, dan sebagainya.
c)
Open house, untuk menjaring lebih banyak
tenaga potensial secara umum, perusahaan dapat melakukan open house di sejumlah
kalangan yang diprediksikan dapat menarik calon tenaga kerja potensial, seperti
di perguruan tinggi, atau acara-acara tertentu.
d)
Menyewa konsultan perekrutan. Terkadang
untuk mencari dan merekrut tenaga kerja profesional dibutuhkan konsultan yang
mampu mencari tenaga tersebut, dengan demikian ada jaminan melalui konsultan
perekrutan perusahaan tidak perlu membuang waktu untuk mencari tenaga kerja yang
sesuai.
c)
Fungsi Proses Rekrutmen
1.
Menyediakan sekumpulan calon tenaga
kerja atau karyawan yang memenuhi syarat.
2.
Agar konsisten dengan strategi, wawasan,
dan nilai perusahaan.
3.
Untuk membantu mengurangi kemungkinan
keluarnya karyawan yang belum lama bekerja.
4.
Untuk mengkoordinasikan upaya perekrutan
dengan program seleksi dan pelatihan.
5.
Untuk memenuhi tanggungjawab perusahaan
dalam upaya menciptakan kesempatan kerja.
Seleksi adalah suatu proses memilih atau
mendapatkan tenaga kerja yang memenuhi syarat yang telah ditentukan organisasi.
Proses seleksi diawali dari seleksi administrasi seterusnya dilanjutkan dengan
uji materi, uji kesehatan, uji psikologi, dan terakhir dengan wawancara. Tujuan
seleksi adalah untuk mendapatkan tenaga kerja yang paling tepat untuk menduduki
suatu jabatan tertentu. Setelah proses seleksi selesai, maka tenaga kerja siap
untuk ditempatkan.
Penempatan (placement) berkaitan dengan
pencocokan sesorang dengan jabatan berdasarkan pada kebutuhan. Selanjutnya
dilakukan orientasi, di mana uraian tugas digunakan untuk menyampaikan
informasi tentang tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan
dan standar pelaksanaan kerja yang layak oleh karyawan.
Program kompensasi perlu mendapat
perhatian dalam rangka mencapai tujuan. Kompensasi adalah penghargaan atau
imbalan yang diterima oleh para tenaga kerja atau karyawan atau kontribusinya
dalam mewujudkan tujuan perusahaan. Kompensasi dapat berupa kompensasi
financial dan kompensasi non financial. Kompetensi financial terdiri dari upah,
gaji, komisi, bonus, dan asuransi. Kompensasi non financial berupa rasa aman,
pengembanga diri, fleksibilitas karier, peluang kenaikan penghasilan, symbol
status, pujian dan pengakuan, kenyamanan tugas, dan persahabatan. Program
kompensasi yang baik bertujuan antara lain:
a. Memperoleh tenaga kerja yang potensial
dan profesional
Program kompensasi yang baik dapat
memberikan gambaran yang pasti tentang pembayaran yang cukup menarik para
pekerja, sehingga perusahaan akan mendapatkan orang yang tepat pada waktu yang
tepat dan untuk pekerjaan/ jabatan yang tepat.
b. Mempertahankan karyawan yang baik
Program kompensasi yang baik dapat membuat
para karyawan betah dan merasa diperlakukan adil terhadap apa yang mereka
berikan kepada perusahaan serta kompetitif secara eksternal sehingga mereka
tidak akan pindah ke perusahaan lain.
c. Meningkatkan produktivitas
Imbalan yang diberikan baik bersifat
finansial maupun non finansial dapat memotivasi dan memberikan kepuasan
karyawan sehingga dapat meningkatkan produktivitas.
d. Memudahkan sasaran strategis
Kompensasi juga dapat memajukan sasaran
organisasi seperti pertumbuhan yang cepat dan inovatif. Sasaran ini dapat
dicapai karena perusahaan bisa menciptakan budaya perusahaan (corporate
culture) yang menguntungkan dan kompetitif melalui perolehan tenaga kerja
terbaik.
BUKU-BUKU
RUJUKAN
Sondang, P.
2009. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Bumi Aksara
Purwana, Dedi
dan Hidayat, Nurdin. 2016. Studi
Kelayakan Bisnis. Jakarta: Rajagrafindo Persada
PROSA DAN PUISI CINA
PROSA
DAN PUISI CINA
Lydia
Jelita Jobeline, Atika Putri Utami, Luthfia Nabila Apritasari,
Megawati Anggraeni
Universitas
Negeri Jakarta
Artikel
ini bertujuan untuk memaparkan kembali puisi dan prosa cina terutama
dalam hal pengertian puisi dan prosa Cina, sejarah puisi dan prosa
cina, tokoh – tokoh yang terkenal dalam menciptakan puisi dan prosa
Cina hingga karya puisi dan prosa yang terkenal. Masing – masing
akan dipaparkan secara bertahap, mulai dari sejarah puisi dan prosa
itu terbentuk hingga karya – karya yang sudah cukup terkenal.
Kata
kunci: Prosa Cina, Puisi Cina
PENGERTIAN
PROSA DAN PUISI
Prosa
adalah bentuk sastra yang isinya tidak berbentuk dialog, dan cerita
tentang sejarah dan kejadian-kejadian, contohnya roman dan dongeng.
Unsur prosa, yaitu tokoh, alur, latar.
Puisi
adalah satra yang bentuknya mengisyaratkan 2 hal, yaitu keindahan dan
hiburan tapi juga bermanfaat dan menghasilkan sesuatu. Puisi biasanya
merupakan luapan emosi spontan dari perasaan yang kuat. Puisi
berfungsi mengerahkan perasaan yang ditimbulkan dari teks itu
sendiri. Puisi tidak ditulis seperti teks, dan kaidahnya tidak selalu
mengikutu kebahasaan.
SEJARAH
SASTRA CINA
Sejarah
kesusasteraan Cina bermula sekurang-kurangnya seawal kurun ke-14SM
dan perkembangannya berterusan sepanjang lebih daripada 3,000 tahun.
Perkembangan kesusastraan Cina terus menerus berkembang. Sifat ini
disebabkan bahasa pengantar bagi sastra Cina klasik yaitu bahasa Cina
telah mengekalkan identitasnya dari segi lisan dan tulisan "walaupun
negara China pernah diperintah oleh pihak asing seperti orang Mongol
(dinasti Yuan, 1279-1368) dan orang Manchu (dinasti Qing, 1644-1911).
Tulisan Cina pada dasarnya bersifat grafik dan bukan fonetik
(non-phonetic);
dan sifat ini menjadikan bahasa Cina kurang sesuai untuk digunakan
dalam usaha mentranskripsikan bahasa lain. Dengan ini Bahasa Cina
tetap tidak berubah dan seterusnya meninggalkan beberapa kesan
terhadap kesusastraan Cina dan penyebarannya. Sifat bahasa Cina yang
bukan berabjad-fonetik (alphabetic-phonetic)
bermakna huruf-hurufnya tidak menunjukkan bunyi sebutan. Bahasa Cina
boleh disebut berbeda dari segi fonologi mengikut tempat atau
mengikut kesesuaian perubahan zaman-zaman dalam sejarah Cina. Itulah
sebabnya kesusasteraan Cina dapat dinikmati dan dihayati oleh semua
yang mengenali huruf Cina. Sebuah karya klasik Konfusius misalnya,
boleh dibaca dalam dialek apapun tanpa menjelaskan maksudnya. Sifat
bahasa Cina ini mengekalkan kesinambungan budaya Cina dan
memperbolehkan kesusasteraan Cina klasik terus menjadi aset budaya
masyarakat Cina yang amat bernilai.
Genre
Sastera Cina Klasik dibagi menjadi 4, yaitu puisi, prosa, drama, dan
fiksi. Dalam artikel ini kami hanya akan membahas puisi dan prosa.
Antologi
puisi Cina yang terawal bertajuk Shijing (Klasik Puisi). Antologi ini
mengandungi 305 buah nyanyian kuil, nyanyian istana dan nyanyian
rakyat yang wujud pada tempoh antara zaman Zhou Barat (kurun
ke-11SMP-771SM) hingga zaman Musim Bunga Musim Luruh (770SM-476SM)
dan dikumpul dari kawasan Lembah Huanghe. la dipercayai disusun pada
lebih kurang masa Konfusius (551SM-479SM). Puisi-puisi dalam antologi
ini penuh dengan berbagai ide dan tehnik kesusastraan yang menjadi
contoh dan memberi inspirasi kepada penyajak serta penulis generasi
kemudian. Shijing bersama empat klasik lain yaitu: a. Yijing (Klasik
Perubahan), b. Shujing (Klasik Sejarah), c. Liji (Riwayat Ritual) dan
d. Chun qiu (Klasik Musim Bunga dan Musim Luruh), dikenali sebagai
Wujing (Lima Klasik) yang sangat dihormati oleh sarjana- sarjana
Cina. Puisi yang terkandung dalam Shijing pada asasnya dinyanyikan
dengan iringan musik. Pada keseluruhannya kebanyakan puisi dalam
Shijing mementingkan elemen lirik lebih daripada elemen naratif. Rima
akhir diutamakan untuk mencapai kesan musik dan tidak bergantung
kepada penggunaan kecantikan retorik. Puisi dalam Shijing mempunyai
fungsi politik dan sosial selain daripada fungsi sastra.
Prosa
Cina seperti puisi purba, juga mempunyai fungsi sosial dan politik.
Bagi seorang sarjana tradisional, khasnya sarjana Konfusian, sesebuah
prosa yang berkualiti harus bermanfaat dari segi moral dan etika.
Satu daripada tujuan penulisan prosa adalah untuk 'menyampaikan dao',
atau menunjukkan jalan atau cara dari segi moral dan etika.
TOKOH-TOKOH
SASTRAWAN CINA
Berikut
adalah beberapa tokoh sastrawan Cina yang menghasilkan beberapa prosa
dan puisi terkenal.
- Su Shi
Su
Shi adalah seorang sastrawan yang dilahirkan di Meishan, Provinsi
Sichuan, Tiongkok Barat Daya. Ayahnya adalah seorang sastrawan bahasa
kuno yang terkenal. Dengan latar belakang itulah, Su Shi sejak masa
anak-anak sudah sangat berambisi. Setelah meniti kariernya sebagai
pejabat, Su Shi bertekad berjuang untuk mengadakan reformasi politik
dan mewujudkan ketenteraman kehidupan rakyat di Tiongkok. Dengan
berperangai terus terang dan gagah berani, Su Shi selalu secara
langsung mengkritik kebobrokan politik pemerintahan masa hidupnya,
sehingga ia akhirnya pun menjadi korban pertarungan politik istana.
Sepanjang separo umur hidupnya, ia selalu hidup dalam kesengsaraan
politik yang bertimpa-timpa. Sejak usia 43 tahun, Su Shi untuk
beberapa kali disingkirkan ke tempat nan jauh, yang syaratnya sangat
buruk. Akan tetapi, dalam perjuangan seumur hidupnya, Su Shi memahami
dengan sungguh-sungguh ajaran yang tercantum dalam tiga aliran
filsafat utama pada zaman kuno Tiongkok, yaitu pikiran Konghucuisme,
agama Buddha dan agama Dao.
Prosa
karya Su Shi yang paling terkenal adalah prosa tentang pemandangan.
Prosa Chibifu pertama dan kedua karyanya adalah dua prosa
representatif Su Shi. Chibifu pertama melukiskan pemandangan pada
musim rontok, di mana bulan terang, angin bertiup sepoi-sepoi
sehingga udara dan sungai tampak bersih sekali. Sedangkan Chibifu
kedua melukiskan pemandangan pada musim dingin, di mana terbentang
gambar air tercurah dari gunung tinggi dengan bermandi sinar bulan.
Kedua prosa itu berhasil mengisi prosa itu dengan suasana sajak dan
lukisan tradisional, dan dipuji sebagai karya sastra teladan masa
Dinasti Song.
- Li Bai
Sejak
kanak-kanak Lǐ Bái sudah menyukai sastra, dalam sepanjang hidupnya
sudah berpetualang ke berbagai belahan negara Tiongkok. Karakternya
riang gembira, suka minum arak, bakat sastranya sudah tampak sejak
masih kecil. Ketika berusia 42 tahun, pernah direkomendasikan menjadi
pejabat di ibu kota saat itu yaitu kota Chang’an (kota Xi’an
sekarang), tetapi ia menghina kekuasaan, lebih senang hidup bebas.
Oleh karena itu Lǐ Bái tidak disukai di dalam lingkungan
pemerintahan dan dikucilkan. Ia hanya menjabat selama tiga tahun
kemudian mengundurkan diri sebagai pejabat negara, ia pergi
berpetualang. Pada akhir masa hidupnya ia jatuh miskin dan meninggal
dunia. Li Bai adalah seorang sastrawan beraliran romantik. Dalam
sepanjang hidupnya yang penting buat dirinya adalah berpetualang dan
menulis puisi. Jumlah puisi yang hingga kini masih tersimpan
berjumlah 900 buah. Tema puisinya mencerminkan keadaan kehidupan
masyarakat luas saat itu, memuji pemerintahan dan mengkritik
kebobrokan kekuasaan saat itu. Oleh karena sifat Li Bai yang melawan
arus penguasa saat itu, ia memperoleh kritikan tajam, sehingga
tercermin dalam puisinya bahwa ia merasa kesepian. Pada saat
berpetualang juga tidak sedikit ia menulis puisi yang bertemakan
keindahan alam semesta dan berani melukiskan tentang ungkapan
perasaannya. Ia Menulis apa adanya, banyak mengadung unsur hiperbola,
dan kata-kata seperti dewa yang indah. Puisinya mengandung
pelampiasan perasaan yang tidak mau terkekang, tetapi ingin hidup
bebas dan bercirikan romantik. Karyanya selain terkenal di dalam
negeri Tiongkok juga terkenal di luar negeri, seperti di Indonesia
etnis Tionghoa yang hidup pada era orde baru sebagian besar hafal
puisi-puisi Li Bai.
- Du Fu
Du
Fu merupakan seorang penyair Cina yang terkenal pada masa Dinasti
Tang . Ia bernama lengkap Du Zimei. Bersama dengan Li Bai, Ia sering
kali disebut sebagai penyair terbesar Cina. Ambisinya yang terbesar
adalah untuk membantu negerinya dengan menjadi pejabat negara yang
sukses, namun Ia tidak mampu untuk memenuhi ambisinya tersebut.
Walaupun pada awalnya ia tidak terlalu dikenal, namun karya-karyanya
membawa pengaruh yang besar bagi budaya Cina dan Jepang . Ia disebut
sebagai penyair sejarah dan penyair bijak oleh para kritikus
Cina. Di dunia barat karya-karyanya disetarakan dengan Shakespeare,
Hugo, Horace, dan penyair besar lainnya. Ia terkenal dengan karyanya
“Tiga Pembesar” dan “Tiga Perpisahan”. Karya-karya
Du Fu terpusat pada alur sejarah, pengaruh moral, dan keahliannya
dalam menulis.
Sejak
zaman Dinasti Song, Du Fu sering disebut sebagai “Penyair Sejarah”.
Puisi-puisinya mengomentari taktik militer dan kesuksesan atau
kegagalan dari pemerintah, juga puisi nasihat yang ditulisnya untuk
kaisar. Secara tidak langsung, ia menulis mengenai pengaruh
ketidakstabilan politik yang terjadi pada saat itu kepada dirinya dan
juga rakyat Cina. Komentar politik Du Fu lebih berdasarkan emosi.
Namun, karena pandangan-pandangannya sulit dibantah, pemahamannya
tentang apa yang baik yang dinyatakannya dengan kuat memungkinkan ia
diangkat sebagai tokoh utama dalam sejarah puisi Tiongkok.
- Xue Tao
Xue
Tao (768-831), nama kesopanan Hongdu bersama dengan Yu Xuanji dan Li
Ye (李
冶)
adalah salah satu dari tiga penyair paling terkenal wanita Cina dari
Dinasti Tang. Xue adalah putri seorang pejabat pemerintah kecil di
Changan, yang merupakan ibukota Cina selama Dinasti Tang. Ayahnya,
Xue Yun dialihkan ke Chengdu, saat ia masih kecil, atau mungkin
sebelum kelahirannya. Karir dewasanya juga menawarkan dia kesempatan
untuk belajar dari berlatih menjadi penyair. Mungkin masa itu mereka
terlalu miskin sehingga Xue telah sebagai pelacur dan penghibur di
Chengdu dan pada waktu itu dia menjadi terkenal karena kecerdasan dan
bakat puitisnya. Puisinya menarik perhatian Gao Wei, gubernur militer
Xichuan Circuit (yang berkantor pusat di Chengdu modern, Sichuan) dan
dibuat sebagai nyonya rumah resminya. Dalam posisi ini ia bertemu
dengan para penyair seperti Zhen Yuan. Cerita ini menunjukkan karisma
kedua tokoh. Tentu saja, dia bertukar puisi dengan Yuan dan banyak
penulis terkenal lainnya dan dilanjutkan sebagai nyonya rumah setelah
kematian Wei. Beberapa tahun kemudian, Xue mampu hidup mandiri di
sebuah situs luar kota terkait dengan penyair besar dari generasi
sebelumnya, Du Fu. Beberapa catatan sumber yang mendukung dirinya
sebagai pembuat kertas rakyat yang digunakan untuk menulis puisi.
SUMBER
Reklamasi Teluk Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang
Selama satu dasawarsa
terakhir, wacana reklamasi Teluk Jakarta semakin kencang. Berbagai kebijakan
pemerintah muncul, ada yang melarang, tetapi tak jarang melegalkan reklamasi.
Tahun ini, wacana tersebut menguat, dihadirkan dengan mengusung tujuan mulia
menambah luasan Jakarta sebagai antisipasi perkembangan ibu kota negara.
Reklamasi
bukan hal baru bagi Jakarta. Kegiatan untuk meningkatkan manfaat sumber daya
lahan dengan pengurukan dan pengeringan lahan atau drainase tersebut sudah
mulai dilakukan sejak 1980-an. PT Harapan Indah mereklamasi kawasan Pantai
Pluit selebar 400 meter dengan penimbunan. Daerah baru yang terbentuk digunakan
untuk permukiman mewah Pantai Mutiara.
Dalam catatan pemberitaan Kompas, PT
Pembangunan Jaya melakukan reklamasi kawasan Ancol sisi utara untuk kawasan
industri dan rekreasi sekitar tahun 1981. Sepuluh tahun kemudian, giliran hutan
bakau Kapuk yang direklamasi untuk kawasan permukiman mewah yang sekarang
dikenal dengan sebutan Pantai Indah Kapuk. Tahun 1995, menyusul reklamasi yang
digunakan untuk industri, yakni Kawasan Berikat Marunda.
Saat itu, kegiatan reklamasi
di empat lokasi tersebut sudah menimbulkan perdebatan. Sejumlah pihak menuduh
reklamasi Pantai Pluit mengganggu sistem PLTU Muara Karang. Diduga, ini terjadi
akibat adanya perubahan pola arus laut di areal reklamasi Pantai Mutiara yang
berdampak terhadap mekanisme arus pendinginan PLTU. Tak hanya itu, tenggelamnya
sejumlah pulau di perairan Kepulauan Seribu diduga akibat dari pengambilan
pasir laut untuk menimbun areal reklamasi Ancol. Namun, dampak negatif tersebut
tidak diindahkan. Upaya reklamasi dipilih untuk menambah luas daratan ibu kota
negara.
Wiyogo
Atmodarminto, Gubernur DKI Jakarta waktu itu, menyatakan reklamasi ke utara
Jakarta dipilih karena perluasan ke arah selatan sudah tidak memungkinkan lagi.
Rencana reklamasi seluas 2.700 hektar tersebut pertama kali dipaparkan di
hadapan Presiden Soeharto, Maret 1995. Selain untuk mengatasi kelangkaan lahan
di Jakarta, proyek reklamasi juga untuk mengembangkan wilayah Jakarta Utara
yang tertinggal dibandingkan empat wilayah lain.
Untuk memuluskan
rencana tersebut, disahkan Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang
Reklamasi Pantai Utara Jakarta dan Perda Nomor 8 Tahun 1995. Namun, munculnya
dua kebijakan ini "menabrak" Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Jakarta
1985-2005. Di dalam dokumen RUTR tersebut tidak disebutkan mengenai rencana reklamasi.
Tarik ulur kebijakan
Sejak
1995 tersebut terjadi "perang" aturan antara Pemprov DKI Jakarta dan
Kementerian Lingkungan Hidup. Kementerian Lingkungan Hidup dalam berbagai
kebijakannya menyebutkan bahwa reklamasi tidak layak dilakukan karena akan
merusak lingkungan. Sementara Pemprov DKI Jakarta bersikeras agar reklamasi
tetap dilakukan.
Tahun
2003, Kementerian Lingkungan Hidup menyatakan, proyek reklamasi tidak bisa
dilakukan karena Pemprov DKI tidak mampu memenuhi kaidah penataan ruang dan
ketersediaan teknologi pengendali dampak lingkungan. Ketidaklayakan tersebut
disampaikan dengan SK Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2003 tentang
Ketidaklayakan Rencana Kegiatan Reklamasi dan Revitalisasi Pantai Utara.
Surat
keputusan tersebut tidak menghentikan langkah Pemprov DKI. Tahun 2007, enam
pengembang yang mendapat hak reklamasi menggugat Menteri Lingkungan Hidup ke
pengadilan tata usaha negara (PTUN). Mereka beralasan sudah melengkapi semua
persyaratan untuk reklamasi, termasuk izin amdal regional dan berbagai izin
lain. PTUN memenangkan gugatan keenam perusahaan tersebut.
Kementerian
Lingkungan Hidup lalu mengajukan banding atas keputusan itu, tetapi PTUN tetap
memenangkan gugatan keenam perusahaan tersebut. Kementerian Lingkungan Hidup
lalu mengajukan kasasi ke MA. Pada 28 Juli 2009, MA memutuskan mengabulkan
kasasi tersebut dan menyatakan, reklamasi menyalahi amdal.
Tahun
2011, keadaan berbalik karena MA mengeluarkan putusan baru (No 12/PK/TUN/2011)
yang menyatakan, reklamasi di Pantai Utara Jakarta legal. Namun, putusan MA
tersebut tidak serta-merta memuluskan rencana reklamasi. Untuk melaksanakan
reklamasi, Pemprov DKI Jakarta harus membuat kajian amdal baru untuk
memperbarui amdal yang diajukan tahun 2003. Juga dengan pembuatan dokumen
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang melibatkan pemda di sekitar teluk
Jakarta.
Saat
rencana reklamasi terkatung-katung oleh berbagai aturan yang menghadangnya,
tahun 2012 Presiden SBY menerbitkan Perpres No 122 Tahun 2012. Perpres mengenai
reklamasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tersebut menyetujui praktik
pengaplingan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Teluk Jakarta.
Tahun
2014, Pemprov DKI di bawah kepemimpinan Gubernur Fauzi Bowo kembali mengukuhkan
rencana reklamasi. Surat Keputusan Gubernur DKI Nomor 2238 Tahun 2013 keluar
pada Desember 2014 dengan pemberian izin reklamasi Pulau G kepada PT Muara
Wisesa Samudra.
Namun,
Kementerian Kelautan dan Perikanan menilai, kebijakan tersebut melanggar karena
kewenangan memberikan izin di area laut strategis berada di tangan
kementeriannya meski lokasinya ada di wilayah DKI Jakarta. Tak hanya itu,
Kementerian Koordinator Kemaritiman juga meminta pengembang dan Pemprov DKI
Jakarta membuat kajian ilmiah rencana reklamasi Pulau G di Jakarta Utara.
Kajian ilmiah itu perlu dijelaskan kepada publik sehingga publik tahu detail
perencanaan dan bisa mengawasi proyek reklamasi.
Akhir
September 2015, Kementerian Kelautan dan Perikanan mengkaji penghentian
sementara (moratorium) reklamasi. Reklamasi diusulkan hanya untuk pelabuhan,
bandara, dan listrik. Di luar itu tidak boleh ada reklamasi untuk hotel,
apartemen, mal, dan sebagainya.
Moratorium
yang masih berupa kajian tersebut tidak menghentikan langkah Pemprov DKI
Jakarta untuk tetap melaksanakan reklamasi. Akhir Oktober 2015, Pemprov DKI
menyatakan mulai mempersiapkan tahap awal pengembangan pulau-pulau reklamasi.
Pulau O, P, dan Q akan diintegrasikan dengan Pulau N untuk pembangunan Port of
Jakarta.
II.
Rumusan Masalah
1. Apakah
dampak postif dan negatif dari reklamasi Pantai Utara Jakarta?
2. Bagaimana
meninjau reklamasi Pantai Utara Jakarta berkenaan dengan tujuan Otonomi Daerah?
Tujuan
1. Untuk
mengetahui dampak positif dan negatif dari reklamasi Pantai Utara Jakarta.
2. Untuk
mengetahui sesuai atau tidaknya tujuan reklamasi Pantai Utara Jakarta dengan tujuan
Otonomi Daerah.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Kajian Teori
Berikut adalah dampak positif dan dampak
negatif dari reklamasi pesisir pantai secara umum.
Dampak positif
1.
Ada
tambahan daratan buatan hasil pengurugan pantai sehingga dapat dimanfaatkan untuk
bermacam kebutuhan.
2.
Daerah
yang dilakukan reklamasi menjadi aman terhada perosi karena konstruksi pengaman
sudah disiapkan sekuat mungkin untuk dapat menahan gempuran ombak laut.
3.
Daerah
yang ketinggianya dibawah permukaan air laut bisa aman terhadap banjir apabila dibuat
tembok penahan air laut di sepanjang pantai.
4.
Tata
lingkungan yang bagus dengan perletakan taman sesuai perencanaan, sehingga dapat
berfungsi sebagai area rekreasi yang sangat memikat pengunjung.
Dampak negatif
1.
Akan
terjadi perubahan ekosistem pada lingkungan seperti perubahan pada pola arus erosi
pada pantai, maka perubahan demikian dapat membahayakan suatu daerah atau lingkungan
karena dapat mengakibatkan banjir.
2.
Akan
berdampak buruk pada system drainase dan perubahan hidrodinamika yang mempunyai
dampak negatif ke pada lingkungan dan masyarakat yang ada disekitarnya.
3.
Akan
mengganggu lingkungan sekitar quarry karena adanya galian yang dilakukan dengan
cara pengeprasan bukit maupun pulau-pulau yang tidak mempunyai penghuni.
4.
Beberapa
keanekaragaman hayati akan punah seperti hilangnya spesies mangrove, punahnya spesies
ikan, kerang laut dan lain sebagainya akibat dari proyek reklamasi.
Tujuan
adanya otonomi daerah, diantaranya yaitu :
1. Meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Dengan
adanya otonomi daerah maka pemerintah daerah akan dengan leluasa merencanakan dan
membangun daerahnya sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah, hal ini dapat
mengatasi kesenjangan pembangunan yang selama ini menjadi keluhan dari masyarakat
daerah.
2. Meningkatkan
pelayanan umum.
Dengan
adanya otonomi daerah pemerintah daerah diharpakan mampu meningkatkan pelayanan
umumnya tanpa menunggu keputusan-keputusan dari pemerintah pusat, hal ini juga mempercepat
kinerja pemerintah daerah dalam melayani masyarakat daerah.
3. Meningkatkan
daya saing daerah.
Dalam
mewujudkan hal ini, pemerintah daerah dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam
menggali dan memanfaatkan segala potensi untuk mengembangkan daerahnya agar
mencapai kemajuan dan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut. Untuk itu peran
dan partisipasi masyarakat amat sangat dibutuhkan untuk mencapai
tujuan ini.
II.
Analisa Kasus
Wacana
reklamasi 17 pulau ini terus bergulir sejak zaman Orde Baru. Namun, sudah 10
tahun bergulir, reklamasi tersebut urung dilakukan. Berbagai pendapat mendukung
dan menentang rencana reklamasi tersebut.
Reklamasi
untuk menambah ruang pembangunan Jakarta merupakan salah satu pendapat yang
mendukung proyek reklamasi. Kawasan selatan Jakarta sudah tidak mungkin
dikembangkan karena fungsinya sebagai daerah konservasi. Juga dengan wilayah
timur dan barat yang sudah telanjur padat penduduk karena sejak 1985
pengembangan wilayah Jakarta sudah diarahkan ke timur dan barat.
Alasan
lain adalah untuk mengembangkan kawasan utara Jakarta. Pengembang yang
membangun kawasan tersebut akan menghasilkan pajak dan retribusi. Selanjutnya
pemasukan baru PAD DKI Jakarta tersebut digunakan untuk memperbaiki kawasan
kumuh.
Namun,
justru alasan ini dipertanyakan banyak pihak. Jika ingin menambah ruang
pembangunan, bukan dengan melakukan pembangunan horizontal ke wilayah utara.
Pembangunan vertikal dengan memperhatikan kaidah lingkungan secara perlahan
harus diterapkan. Selain itu, arus migrasi manusia ke Jakarta juga perlahan
perlu ditahan dan diarahkan ke wilayah mitra (Bodetabek).
Penggunaan
area reklamasi untuk subsidi silang pemasukan daerah juga merupakan langkah
tidak tepat. Seberapa besar pengawasan yang dilakukan Pemprov DKI untuk memastikan
para pengembang membayar pajak dan retribusi? Pengembang yang telah
menginvestasikan banyak uang akan membatasi pemasukannya bagi pajak dan
retribusi pemda.
Berbagai
pendapat yang mendukung bahwa reklamasi berdampak positif pada lingkungan.
Reklamasi berupa pulau akan memperlancar aliran banjir ke laut, berfungsi
sebagai bendungan untuk menahan kenaikan permukaan air laut, dan sebagai sumber
air bersih Jakarta Utara. Juga ada pendapat bahwa reklamasi akan memecah
gelombang dan mengurangi risiko abrasi. Pendapat tersebut memerlukan kajian
lebih lanjut.
Pihak
yang menentang akan mengaitkan reklamasi berdampak negatif pada lingkungan.
Sebut saja akan mengakibatkan ekosistem pesisir terancam punah. Kehancuran itu
antara lain berupa hilangnya berbagai jenis pohon bakau di Muara Angke,
punahnya ribuan jenis ikan, kerang, kepiting, dan berbagai keanekaragaman
hayati lain.
Selain
itu, reklamasi juga akan memperparah potensi banjir di Jakarta karena mengubah
bentang alam (geomorfologi) dan aliran air (hidrologi) di kawasan Jakarta
Utara. Perubahan itu antara lain berupa tingkat kelandaian, komposisi sedimen
sungai, pola pasang surut, pola arus laut sepanjang pantai, dan merusak kawasan
tata air.
Tak
hanya persoalan lingkungan, reklamasi berdampak juga pada masalah sosial,
seperti pada kehidupan nelayan Jakarta Utara. Reklamasi pantura Jakarta
diyakini menyebabkan 125.000 nelayan tergusur dari sumber kehidupannya dan
menyebabkan nelayan yang sudah miskin menjadi semakin miskin.
Terakhir,
muncul pertanyaan substansial: reklamasi di Teluk Jakarta itu diperuntukkan
bagi siapa? Tidak semua kelas ekonomi masyarakat Jakarta bisa menikmati
reklamasi tersebut. Reklamasi yang dibangun pengembang dengan dana triliunan
rupiah tentu akan dijual dengan harga mahal. Hanya golongan ekonomi atas yang
mungkin akan menikmati reklamasi tersebut. Hal ini penulis anggap tidak sesuai
dengan tujuan ekonomi daerah, yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat, dimana
harus ada pembangunan secara merata di semua dareah ibukota.
BAB III
SIMPULAN
Kawasan
selatan Jakarta sudah tidak mungkin dikembangkan karena fungsinya sebagai
daerah konservasi. Juga dengan wilayah timur dan barat yang sudah telanjur
padat penduduk karena sejak 1985 pengembangan wilayah Jakarta sudah diarahkan
ke timur, barat, dan utara. Reklamasi
berdampak positif pada lingkungan. Reklamasi berupa pulau akan memperlancar
aliran banjir ke laut, berfungsi sebagai bendungan untuk menahan kenaikan
permukaan air laut, dan sebagai sumber air bersih Jakarta Utara. Juga ada
pendapat bahwa reklamasi akan memecah gelombang dan mengurangi risiko abrasi. Akan
tetapi, reklamasi memerlukan kajian lebih lanjut untuk menghindari
dampak-dampak negative yang diramalkan para ahli bagi lingkungan dan untuk
menghindari ketidaksesuaian dengan tujuan otonomi daerah, yaitu untuk
kesejahteraan masyarakat Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Rosalina, M. Puteri. Kompas: Dilema Reklamasi Pantai Jakarta. Jakarta, 2015. (http://print.kompas.com/baca/2015/11/11/Dilema-Reklamasi-Pantai-Jakarta
)
Subscribe to:
Posts (Atom)