PROSA
DAN PUISI CINA
Lydia
Jelita Jobeline, Atika Putri Utami, Luthfia Nabila Apritasari,
Megawati Anggraeni
Universitas
Negeri Jakarta
Artikel
ini bertujuan untuk memaparkan kembali puisi dan prosa cina terutama
dalam hal pengertian puisi dan prosa Cina, sejarah puisi dan prosa
cina, tokoh – tokoh yang terkenal dalam menciptakan puisi dan prosa
Cina hingga karya puisi dan prosa yang terkenal. Masing – masing
akan dipaparkan secara bertahap, mulai dari sejarah puisi dan prosa
itu terbentuk hingga karya – karya yang sudah cukup terkenal.
Kata
kunci: Prosa Cina, Puisi Cina
PENGERTIAN
PROSA DAN PUISI
Prosa
adalah bentuk sastra yang isinya tidak berbentuk dialog, dan cerita
tentang sejarah dan kejadian-kejadian, contohnya roman dan dongeng.
Unsur prosa, yaitu tokoh, alur, latar.
Puisi
adalah satra yang bentuknya mengisyaratkan 2 hal, yaitu keindahan dan
hiburan tapi juga bermanfaat dan menghasilkan sesuatu. Puisi biasanya
merupakan luapan emosi spontan dari perasaan yang kuat. Puisi
berfungsi mengerahkan perasaan yang ditimbulkan dari teks itu
sendiri. Puisi tidak ditulis seperti teks, dan kaidahnya tidak selalu
mengikutu kebahasaan.
SEJARAH
SASTRA CINA
Sejarah
kesusasteraan Cina bermula sekurang-kurangnya seawal kurun ke-14SM
dan perkembangannya berterusan sepanjang lebih daripada 3,000 tahun.
Perkembangan kesusastraan Cina terus menerus berkembang. Sifat ini
disebabkan bahasa pengantar bagi sastra Cina klasik yaitu bahasa Cina
telah mengekalkan identitasnya dari segi lisan dan tulisan "walaupun
negara China pernah diperintah oleh pihak asing seperti orang Mongol
(dinasti Yuan, 1279-1368) dan orang Manchu (dinasti Qing, 1644-1911).
Tulisan Cina pada dasarnya bersifat grafik dan bukan fonetik
(non-phonetic);
dan sifat ini menjadikan bahasa Cina kurang sesuai untuk digunakan
dalam usaha mentranskripsikan bahasa lain. Dengan ini Bahasa Cina
tetap tidak berubah dan seterusnya meninggalkan beberapa kesan
terhadap kesusastraan Cina dan penyebarannya. Sifat bahasa Cina yang
bukan berabjad-fonetik (alphabetic-phonetic)
bermakna huruf-hurufnya tidak menunjukkan bunyi sebutan. Bahasa Cina
boleh disebut berbeda dari segi fonologi mengikut tempat atau
mengikut kesesuaian perubahan zaman-zaman dalam sejarah Cina. Itulah
sebabnya kesusasteraan Cina dapat dinikmati dan dihayati oleh semua
yang mengenali huruf Cina. Sebuah karya klasik Konfusius misalnya,
boleh dibaca dalam dialek apapun tanpa menjelaskan maksudnya. Sifat
bahasa Cina ini mengekalkan kesinambungan budaya Cina dan
memperbolehkan kesusasteraan Cina klasik terus menjadi aset budaya
masyarakat Cina yang amat bernilai.
Genre
Sastera Cina Klasik dibagi menjadi 4, yaitu puisi, prosa, drama, dan
fiksi. Dalam artikel ini kami hanya akan membahas puisi dan prosa.
Antologi
puisi Cina yang terawal bertajuk Shijing (Klasik Puisi). Antologi ini
mengandungi 305 buah nyanyian kuil, nyanyian istana dan nyanyian
rakyat yang wujud pada tempoh antara zaman Zhou Barat (kurun
ke-11SMP-771SM) hingga zaman Musim Bunga Musim Luruh (770SM-476SM)
dan dikumpul dari kawasan Lembah Huanghe. la dipercayai disusun pada
lebih kurang masa Konfusius (551SM-479SM). Puisi-puisi dalam antologi
ini penuh dengan berbagai ide dan tehnik kesusastraan yang menjadi
contoh dan memberi inspirasi kepada penyajak serta penulis generasi
kemudian. Shijing bersama empat klasik lain yaitu: a. Yijing (Klasik
Perubahan), b. Shujing (Klasik Sejarah), c. Liji (Riwayat Ritual) dan
d. Chun qiu (Klasik Musim Bunga dan Musim Luruh), dikenali sebagai
Wujing (Lima Klasik) yang sangat dihormati oleh sarjana- sarjana
Cina. Puisi yang terkandung dalam Shijing pada asasnya dinyanyikan
dengan iringan musik. Pada keseluruhannya kebanyakan puisi dalam
Shijing mementingkan elemen lirik lebih daripada elemen naratif. Rima
akhir diutamakan untuk mencapai kesan musik dan tidak bergantung
kepada penggunaan kecantikan retorik. Puisi dalam Shijing mempunyai
fungsi politik dan sosial selain daripada fungsi sastra.
Prosa
Cina seperti puisi purba, juga mempunyai fungsi sosial dan politik.
Bagi seorang sarjana tradisional, khasnya sarjana Konfusian, sesebuah
prosa yang berkualiti harus bermanfaat dari segi moral dan etika.
Satu daripada tujuan penulisan prosa adalah untuk 'menyampaikan dao',
atau menunjukkan jalan atau cara dari segi moral dan etika.
TOKOH-TOKOH
SASTRAWAN CINA
Berikut
adalah beberapa tokoh sastrawan Cina yang menghasilkan beberapa prosa
dan puisi terkenal.
- Su Shi
Su
Shi adalah seorang sastrawan yang dilahirkan di Meishan, Provinsi
Sichuan, Tiongkok Barat Daya. Ayahnya adalah seorang sastrawan bahasa
kuno yang terkenal. Dengan latar belakang itulah, Su Shi sejak masa
anak-anak sudah sangat berambisi. Setelah meniti kariernya sebagai
pejabat, Su Shi bertekad berjuang untuk mengadakan reformasi politik
dan mewujudkan ketenteraman kehidupan rakyat di Tiongkok. Dengan
berperangai terus terang dan gagah berani, Su Shi selalu secara
langsung mengkritik kebobrokan politik pemerintahan masa hidupnya,
sehingga ia akhirnya pun menjadi korban pertarungan politik istana.
Sepanjang separo umur hidupnya, ia selalu hidup dalam kesengsaraan
politik yang bertimpa-timpa. Sejak usia 43 tahun, Su Shi untuk
beberapa kali disingkirkan ke tempat nan jauh, yang syaratnya sangat
buruk. Akan tetapi, dalam perjuangan seumur hidupnya, Su Shi memahami
dengan sungguh-sungguh ajaran yang tercantum dalam tiga aliran
filsafat utama pada zaman kuno Tiongkok, yaitu pikiran Konghucuisme,
agama Buddha dan agama Dao.
Prosa
karya Su Shi yang paling terkenal adalah prosa tentang pemandangan.
Prosa Chibifu pertama dan kedua karyanya adalah dua prosa
representatif Su Shi. Chibifu pertama melukiskan pemandangan pada
musim rontok, di mana bulan terang, angin bertiup sepoi-sepoi
sehingga udara dan sungai tampak bersih sekali. Sedangkan Chibifu
kedua melukiskan pemandangan pada musim dingin, di mana terbentang
gambar air tercurah dari gunung tinggi dengan bermandi sinar bulan.
Kedua prosa itu berhasil mengisi prosa itu dengan suasana sajak dan
lukisan tradisional, dan dipuji sebagai karya sastra teladan masa
Dinasti Song.
- Li Bai
Sejak
kanak-kanak Lǐ Bái sudah menyukai sastra, dalam sepanjang hidupnya
sudah berpetualang ke berbagai belahan negara Tiongkok. Karakternya
riang gembira, suka minum arak, bakat sastranya sudah tampak sejak
masih kecil. Ketika berusia 42 tahun, pernah direkomendasikan menjadi
pejabat di ibu kota saat itu yaitu kota Chang’an (kota Xi’an
sekarang), tetapi ia menghina kekuasaan, lebih senang hidup bebas.
Oleh karena itu Lǐ Bái tidak disukai di dalam lingkungan
pemerintahan dan dikucilkan. Ia hanya menjabat selama tiga tahun
kemudian mengundurkan diri sebagai pejabat negara, ia pergi
berpetualang. Pada akhir masa hidupnya ia jatuh miskin dan meninggal
dunia. Li Bai adalah seorang sastrawan beraliran romantik. Dalam
sepanjang hidupnya yang penting buat dirinya adalah berpetualang dan
menulis puisi. Jumlah puisi yang hingga kini masih tersimpan
berjumlah 900 buah. Tema puisinya mencerminkan keadaan kehidupan
masyarakat luas saat itu, memuji pemerintahan dan mengkritik
kebobrokan kekuasaan saat itu. Oleh karena sifat Li Bai yang melawan
arus penguasa saat itu, ia memperoleh kritikan tajam, sehingga
tercermin dalam puisinya bahwa ia merasa kesepian. Pada saat
berpetualang juga tidak sedikit ia menulis puisi yang bertemakan
keindahan alam semesta dan berani melukiskan tentang ungkapan
perasaannya. Ia Menulis apa adanya, banyak mengadung unsur hiperbola,
dan kata-kata seperti dewa yang indah. Puisinya mengandung
pelampiasan perasaan yang tidak mau terkekang, tetapi ingin hidup
bebas dan bercirikan romantik. Karyanya selain terkenal di dalam
negeri Tiongkok juga terkenal di luar negeri, seperti di Indonesia
etnis Tionghoa yang hidup pada era orde baru sebagian besar hafal
puisi-puisi Li Bai.
- Du Fu
Du
Fu merupakan seorang penyair Cina yang terkenal pada masa Dinasti
Tang . Ia bernama lengkap Du Zimei. Bersama dengan Li Bai, Ia sering
kali disebut sebagai penyair terbesar Cina. Ambisinya yang terbesar
adalah untuk membantu negerinya dengan menjadi pejabat negara yang
sukses, namun Ia tidak mampu untuk memenuhi ambisinya tersebut.
Walaupun pada awalnya ia tidak terlalu dikenal, namun karya-karyanya
membawa pengaruh yang besar bagi budaya Cina dan Jepang . Ia disebut
sebagai penyair sejarah dan penyair bijak oleh para kritikus
Cina. Di dunia barat karya-karyanya disetarakan dengan Shakespeare,
Hugo, Horace, dan penyair besar lainnya. Ia terkenal dengan karyanya
“Tiga Pembesar” dan “Tiga Perpisahan”. Karya-karya
Du Fu terpusat pada alur sejarah, pengaruh moral, dan keahliannya
dalam menulis.
Sejak
zaman Dinasti Song, Du Fu sering disebut sebagai “Penyair Sejarah”.
Puisi-puisinya mengomentari taktik militer dan kesuksesan atau
kegagalan dari pemerintah, juga puisi nasihat yang ditulisnya untuk
kaisar. Secara tidak langsung, ia menulis mengenai pengaruh
ketidakstabilan politik yang terjadi pada saat itu kepada dirinya dan
juga rakyat Cina. Komentar politik Du Fu lebih berdasarkan emosi.
Namun, karena pandangan-pandangannya sulit dibantah, pemahamannya
tentang apa yang baik yang dinyatakannya dengan kuat memungkinkan ia
diangkat sebagai tokoh utama dalam sejarah puisi Tiongkok.
- Xue Tao
Xue
Tao (768-831), nama kesopanan Hongdu bersama dengan Yu Xuanji dan Li
Ye (李
冶)
adalah salah satu dari tiga penyair paling terkenal wanita Cina dari
Dinasti Tang. Xue adalah putri seorang pejabat pemerintah kecil di
Changan, yang merupakan ibukota Cina selama Dinasti Tang. Ayahnya,
Xue Yun dialihkan ke Chengdu, saat ia masih kecil, atau mungkin
sebelum kelahirannya. Karir dewasanya juga menawarkan dia kesempatan
untuk belajar dari berlatih menjadi penyair. Mungkin masa itu mereka
terlalu miskin sehingga Xue telah sebagai pelacur dan penghibur di
Chengdu dan pada waktu itu dia menjadi terkenal karena kecerdasan dan
bakat puitisnya. Puisinya menarik perhatian Gao Wei, gubernur militer
Xichuan Circuit (yang berkantor pusat di Chengdu modern, Sichuan) dan
dibuat sebagai nyonya rumah resminya. Dalam posisi ini ia bertemu
dengan para penyair seperti Zhen Yuan. Cerita ini menunjukkan karisma
kedua tokoh. Tentu saja, dia bertukar puisi dengan Yuan dan banyak
penulis terkenal lainnya dan dilanjutkan sebagai nyonya rumah setelah
kematian Wei. Beberapa tahun kemudian, Xue mampu hidup mandiri di
sebuah situs luar kota terkait dengan penyair besar dari generasi
sebelumnya, Du Fu. Beberapa catatan sumber yang mendukung dirinya
sebagai pembuat kertas rakyat yang digunakan untuk menulis puisi.
SUMBER
No comments:
Post a Comment