Friday, December 2, 2016

PROSA DAN PUISI CINA

PROSA DAN PUISI CINA

Lydia Jelita Jobeline, Atika Putri Utami, Luthfia Nabila Apritasari, Megawati Anggraeni
Universitas Negeri Jakarta

Artikel ini bertujuan untuk memaparkan kembali puisi dan prosa cina terutama dalam hal pengertian puisi dan prosa Cina, sejarah puisi dan prosa cina, tokoh – tokoh yang terkenal dalam menciptakan puisi dan prosa Cina hingga karya puisi dan prosa yang terkenal. Masing – masing akan dipaparkan secara bertahap, mulai dari sejarah puisi dan prosa itu terbentuk hingga karya – karya yang sudah cukup terkenal.

Kata kunci: Prosa Cina, Puisi Cina

PENGERTIAN PROSA DAN PUISI
Prosa adalah bentuk sastra yang isinya tidak berbentuk dialog, dan cerita tentang sejarah dan kejadian-kejadian, contohnya roman dan dongeng. Unsur prosa, yaitu tokoh, alur, latar.
Puisi adalah satra yang bentuknya mengisyaratkan 2 hal, yaitu keindahan dan hiburan tapi juga bermanfaat dan menghasilkan sesuatu. Puisi biasanya merupakan luapan emosi spontan dari perasaan yang kuat. Puisi berfungsi mengerahkan perasaan yang ditimbulkan dari teks itu sendiri. Puisi tidak ditulis seperti teks, dan kaidahnya tidak selalu mengikutu kebahasaan.

SEJARAH SASTRA CINA
Sejarah kesusasteraan Cina bermula sekurang-kurangnya seawal kurun ke-14SM dan perkembangannya berterusan sepanjang lebih daripada 3,000 tahun. Perkembangan kesusastraan Cina terus menerus berkembang. Sifat ini disebabkan bahasa pengantar bagi sastra Cina klasik yaitu bahasa Cina telah mengekalkan identitasnya dari segi lisan dan tulisan "walaupun negara China pernah diperintah oleh pihak asing seperti orang Mongol (dinasti Yuan, 1279-1368) dan orang Manchu (dinasti Qing, 1644-1911). Tulisan Cina pada dasarnya bersifat grafik dan bukan fonetik (non-phonetic); dan sifat ini menjadikan bahasa Cina kurang sesuai untuk digunakan dalam usaha mentranskripsikan bahasa lain. Dengan ini Bahasa Cina tetap tidak berubah dan seterusnya meninggalkan beberapa kesan terhadap kesusastraan Cina dan penyebarannya. Sifat bahasa Cina yang bukan berabjad-fonetik (alphabetic-phonetic) bermakna huruf-hurufnya tidak menunjukkan bunyi sebutan. Bahasa Cina boleh disebut berbeda dari segi fonologi mengikut tempat atau mengikut kesesuaian perubahan zaman-zaman dalam sejarah Cina. Itulah sebabnya kesusasteraan Cina dapat dinikmati dan dihayati oleh semua yang mengenali huruf Cina. Sebuah karya klasik Konfusius misalnya, boleh dibaca dalam dialek apapun tanpa menjelaskan maksudnya. Sifat bahasa Cina ini mengekalkan kesinambungan budaya Cina dan memperbolehkan kesusasteraan Cina klasik terus menjadi aset budaya masyarakat Cina yang amat bernilai.
Genre Sastera Cina Klasik dibagi menjadi 4, yaitu puisi, prosa, drama, dan fiksi. Dalam artikel ini kami hanya akan membahas puisi dan prosa.
Antologi puisi Cina yang terawal bertajuk Shijing (Klasik Puisi). Antologi ini mengandungi 305 buah nyanyian kuil, nyanyian istana dan nyanyian rakyat yang wujud pada tempoh antara zaman Zhou Barat (kurun ke-11SMP-771SM) hingga zaman Musim Bunga Musim Luruh (770SM-476SM) dan dikumpul dari kawasan Lembah Huanghe. la dipercayai disusun pada lebih kurang masa Konfusius (551SM-479SM). Puisi-puisi dalam antologi ini penuh dengan berbagai ide dan tehnik kesusastraan yang menjadi contoh dan memberi inspirasi kepada penyajak serta penulis generasi kemudian. Shijing bersama empat klasik lain yaitu: a. Yijing (Klasik Perubahan), b. Shujing (Klasik Sejarah), c. Liji (Riwayat Ritual) dan d. Chun qiu (Klasik Musim Bunga dan Musim Luruh), dikenali sebagai Wujing (Lima Klasik) yang sangat dihormati oleh sarjana- sarjana Cina. Puisi yang terkandung dalam Shijing pada asasnya dinyanyikan dengan iringan musik. Pada keseluruhannya kebanyakan puisi dalam Shijing mementingkan elemen lirik lebih daripada elemen naratif. Rima akhir diutamakan untuk mencapai kesan musik dan tidak bergantung kepada penggunaan kecantikan retorik. Puisi dalam Shijing mempunyai fungsi politik dan sosial selain daripada fungsi sastra.
Prosa Cina seperti puisi purba, juga mempunyai fungsi sosial dan politik. Bagi seorang sarjana tradisional, khasnya sarjana Konfusian, sesebuah prosa yang berkualiti harus bermanfaat dari segi moral dan etika. Satu daripada tujuan penulisan prosa adalah untuk 'menyampaikan dao', atau menunjukkan jalan atau cara dari segi moral dan etika.

TOKOH-TOKOH SASTRAWAN CINA
Berikut adalah beberapa tokoh sastrawan Cina yang menghasilkan beberapa prosa dan puisi terkenal.
  1. Su Shi
Su Shi adalah seorang sastrawan yang dilahirkan di Meishan, Provinsi Sichuan, Tiongkok Barat Daya. Ayahnya adalah seorang sastrawan bahasa kuno yang terkenal. Dengan latar belakang itulah, Su Shi sejak masa anak-anak sudah sangat berambisi. Setelah meniti kariernya sebagai pejabat, Su Shi bertekad berjuang untuk mengadakan reformasi politik dan mewujudkan ketenteraman kehidupan rakyat di Tiongkok. Dengan berperangai terus terang dan gagah berani, Su Shi selalu secara langsung mengkritik kebobrokan politik pemerintahan masa hidupnya, sehingga ia akhirnya pun menjadi korban pertarungan politik istana. Sepanjang separo umur hidupnya, ia selalu hidup dalam kesengsaraan politik yang bertimpa-timpa. Sejak usia 43 tahun, Su Shi untuk beberapa kali disingkirkan ke tempat nan jauh, yang syaratnya sangat buruk. Akan tetapi, dalam perjuangan seumur hidupnya, Su Shi memahami dengan sungguh-sungguh ajaran yang tercantum dalam tiga aliran filsafat utama pada zaman kuno Tiongkok, yaitu pikiran Konghucuisme, agama Buddha dan agama Dao.
Prosa karya Su Shi yang paling terkenal adalah prosa tentang pemandangan. Prosa Chibifu pertama dan kedua karyanya adalah dua prosa representatif Su Shi. Chibifu pertama melukiskan pemandangan pada musim rontok, di mana bulan terang, angin bertiup sepoi-sepoi sehingga udara dan sungai tampak bersih sekali. Sedangkan Chibifu kedua melukiskan pemandangan pada musim dingin, di mana terbentang gambar air tercurah dari gunung tinggi dengan bermandi sinar bulan. Kedua prosa itu berhasil mengisi prosa itu dengan suasana sajak dan lukisan tradisional, dan dipuji sebagai karya sastra teladan masa Dinasti Song.
  1. Li Bai
Sejak kanak-kanak Lǐ Bái sudah menyukai sastra, dalam sepanjang hidupnya sudah berpetualang ke berbagai belahan negara Tiongkok. Karakternya riang gembira, suka minum arak, bakat sastranya sudah tampak sejak masih kecil. Ketika berusia 42 tahun, pernah direkomendasikan menjadi pejabat di ibu kota saat itu yaitu kota Chang’an (kota Xi’an sekarang), tetapi ia menghina kekuasaan, lebih senang hidup bebas. Oleh karena itu Lǐ Bái tidak disukai di dalam lingkungan pemerintahan dan dikucilkan. Ia hanya menjabat selama tiga tahun kemudian mengundurkan diri sebagai pejabat negara, ia pergi berpetualang. Pada akhir masa hidupnya ia jatuh miskin dan meninggal dunia. Li Bai adalah seorang sastrawan beraliran romantik. Dalam sepanjang hidupnya yang penting buat dirinya adalah berpetualang dan menulis puisi. Jumlah puisi yang hingga kini masih tersimpan berjumlah 900 buah. Tema puisinya mencerminkan keadaan kehidupan masyarakat luas saat itu, memuji pemerintahan dan mengkritik kebobrokan kekuasaan saat itu. Oleh karena sifat Li Bai yang melawan arus penguasa saat itu, ia memperoleh kritikan tajam, sehingga tercermin dalam puisinya bahwa ia merasa kesepian. Pada saat berpetualang juga tidak sedikit ia menulis puisi yang bertemakan keindahan alam semesta dan berani melukiskan tentang ungkapan perasaannya. Ia Menulis apa adanya, banyak mengadung unsur hiperbola, dan kata-kata seperti dewa yang indah. Puisinya mengandung pelampiasan perasaan yang tidak mau terkekang, tetapi ingin hidup bebas dan bercirikan romantik. Karyanya selain terkenal di dalam negeri Tiongkok juga terkenal di luar negeri, seperti di Indonesia etnis Tionghoa yang hidup pada era orde baru sebagian besar hafal puisi-puisi Li Bai.
  1. Du Fu
Du Fu merupakan seorang penyair Cina yang terkenal pada masa Dinasti Tang . Ia bernama lengkap Du Zimei. Bersama dengan Li Bai, Ia sering kali disebut sebagai penyair terbesar Cina. Ambisinya yang terbesar adalah untuk membantu negerinya dengan menjadi pejabat negara yang sukses, namun Ia tidak mampu untuk memenuhi ambisinya tersebut. Walaupun pada awalnya ia tidak terlalu dikenal, namun karya-karyanya membawa pengaruh yang besar bagi budaya Cina dan Jepang . Ia disebut sebagai penyair sejarah dan penyair bijak oleh para  kritikus Cina. Di dunia barat karya-karyanya disetarakan dengan Shakespeare, Hugo, Horace, dan penyair besar lainnya. Ia terkenal dengan karyanya “Tiga Pembesar” dan “Tiga Perpisahan”. Karya-karya Du Fu terpusat pada alur sejarah, pengaruh moral, dan keahliannya dalam menulis.
Sejak zaman Dinasti Song, Du Fu sering disebut sebagai “Penyair Sejarah”. Puisi-puisinya mengomentari taktik militer dan kesuksesan atau kegagalan dari pemerintah, juga puisi nasihat yang ditulisnya untuk kaisar. Secara tidak langsung, ia menulis mengenai pengaruh ketidakstabilan politik yang terjadi pada saat itu kepada dirinya dan juga rakyat Cina. Komentar politik Du Fu lebih berdasarkan emosi. Namun, karena pandangan-pandangannya sulit dibantah, pemahamannya tentang apa yang baik yang dinyatakannya dengan kuat memungkinkan ia diangkat sebagai tokoh utama dalam sejarah puisi Tiongkok.
  1. Xue Tao
Xue Tao (768-831), nama kesopanan Hongdu bersama dengan Yu Xuanji dan Li Ye (李 冶) adalah salah satu dari tiga penyair paling terkenal wanita Cina dari Dinasti Tang. Xue adalah putri seorang pejabat pemerintah kecil di Changan, yang merupakan ibukota Cina selama Dinasti Tang. Ayahnya, Xue Yun dialihkan ke Chengdu, saat ia masih kecil, atau mungkin sebelum kelahirannya. Karir dewasanya juga menawarkan dia kesempatan untuk belajar dari berlatih menjadi penyair. Mungkin masa itu mereka terlalu miskin sehingga Xue telah sebagai pelacur dan penghibur di Chengdu dan pada waktu itu dia menjadi terkenal karena kecerdasan dan bakat puitisnya. Puisinya menarik perhatian Gao Wei, gubernur militer Xichuan Circuit (yang berkantor pusat di Chengdu modern, Sichuan) dan dibuat sebagai nyonya rumah resminya. Dalam posisi ini ia bertemu dengan para penyair seperti Zhen Yuan. Cerita ini menunjukkan karisma kedua tokoh. Tentu saja, dia bertukar puisi dengan Yuan dan banyak penulis terkenal lainnya dan dilanjutkan sebagai nyonya rumah setelah kematian Wei. Beberapa tahun kemudian, Xue mampu hidup mandiri di sebuah situs luar kota terkait dengan penyair besar dari generasi sebelumnya, Du Fu. Beberapa catatan sumber yang mendukung dirinya sebagai pembuat kertas rakyat yang digunakan untuk menulis puisi.

SUMBER


No comments:

Post a Comment