Friday, December 2, 2016

Merekrut Pegawai

A.   Menentukan Persyaratan
Dalam proses pertama untuk mendapatkan calon pekerja yang efektif dan sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan, sebuah perusahaan atau instansi akan menghadapi beberapa proses, dari mulai menentukan kualifikasi pelamar sampai akhirnya pelamar tersebut akan diangkat menjadi karyawan dalam perusahaan anda.
Untuk mendapatkan calon karyawan yang sesuai, sangat dibutuhkan strategi rekrutmen karyawan yang tepat dan efektif, jangan sampai proses rekrutmen karyawan ini hanya jadi ajang membuang-buang waktu, uang dan tenaga tanpa menghasilkan apa yang perusahaan atau instansi butuhkan.
Proses rekrutmen yang paling awal akan bermula dari menentukan spesifikasi yang jelas dari kebutuhan sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan atau instansi, baik itu berdasarkan jumlah, tingkat keahlian, tingkat pendidikan dan tenggang waktu untuk pemenuhan kebutuhan tersebut. Setelah itu ditentukan, strategi rekrutmen karyawan berikutnya adalah dengan memproyeksikan daftar untuk mencapai tujuan akhir terbaik berdasarkan prediksi kekosongan jabatan atau posisi (kebutuhan). Dalam hal perencanaan perekrutan ini, perusahaan tersebut haruslah mempersiapkan segala hal yang akan menunjang proses perekrutan supaya berjalan maksimal. Dalam proses perencanaan rekrutmen tersebut, departemen HR harus sudah mempersiapkan segalanya, dari mulai kualifikasi pelamar, posisi yang diproyeksikan, jumlah kebutuhan dan hal lainnya.
B.   Spesifikasi Jabatan
a)      Analisis Jabatan
Analisis jabatan merupakan suatu proses untuk mempelajari dan mengumpulkan berbagai informasi yang berhubungan  dengan suatu jabatan. Untuk itu perlu mengetahui pekerjaan-pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannnya dan mengapa pekerjaan itu harus dikerjakan.
      Jadi, analisis jabatan adalah suatu proses yan sistematis untuk mengumpulkan, menganalisis, dan mensintesnsiskan data jabatan. Dari analisis jabatan akan diperoleh uraian jabatan dan spesifikasi jabatan. Uraian jabtan memuat keterangan yang lengkap, singkat, jelas dan konsisten, mengenai suatu jabatan.
Uraian jabatan memuat hal-hal berikut :
  1. Identitas jabatan.
  2. Funsi jabatan.
  3. Uraian tugas.
  4. Wewenang.
  5. Tanggung jawab.
  6. Hubungan kerja.
  7. Bahan,alat, dan mesin yang digunakan.
  8. Kondisi kerja.
a)      Spesifikasi Jabatan
Spesifikasi jabatan atau persyaratan jabatan memuat syarat-syarat minimum yang harus dipenuhi oleh seseorang agar dapat melaksanakan jabatan tertentu dengan baik. Persyaratan jabatan memuat antar lain :
a.    Persayaratn pendidikan
b.    Persyaratan peatihan
c.    Persyaratan psikologi
d.   Persyaratan khusus.
Informasi analisis jabatan berguna bagi perencanaan sumber daya manusia, penarikan tenaga kerja, orientasi, pelatihan dan pengembangan, penilaian pelaksaan pekerjaan, perencanaan karier, kompensasi, keselamatan dan kesehatan pegawai, serta hubungan ketenaga kerjaan, restrukturisasi organisasi/perusahaan, desain pekerjaan, program pengembangan kualitas.
Dalam hal proyek baru tentunya belum bisa melakukan analisis jabatan, tetapi dapat melakukan pernacangan jabatan (job design) atau menggunakan informasi jabatan kunci (key job) dari proyek lain yang memliki jabatan sejenis atau menggunakan jasa expert dalam bidangnya. Perancangan jabatan merupakan proses yang ditentukan dan diciptakan oleh karakteristik dan kualitas kerja dari suatu jabtan. Pada umumnya perancangan jabatan didasarkan pada pendekatan sebagai berikut:

a.       Pendekatan mekanistik
Perancangan kerja dengan pendekatan mekanik didasrkan pada ilmu teknik mesin dan menitikberatkan pada tugas. Pekerjaan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan seefisien mugkin. Pekerjaan dibagi dalam tugas-tugas kecil, sederhana, distandarkan dan dilakukan secara berulang-ulang oleh seseorang.ini harus memisahkan secara tugas anatar pekerja fisik dan kerja otak.

b.      Pendekatan faktor manusia

Dalam perancangan jabatan perlu memerhatikan factor tubuh baik biologi maupun psikologi pekerja. Dimensi-dimensi fisik tubuh manusia perlu diperhatikan sehingga dapat mempermudah mendesain peralatan kerja yang cocok secara biologi dan mengurangi tekanan serta kelelahan saat bekerja.

c.       Pendekatan motivasi
Pendekatan motivasi didasarkan pada psikologi organisasi, di mana kerja dirancang untuk merangsang motivasi para karyawan dan meningkatkan kepuasan kerja. Hal ini dapat dilakukan melalui pengayaan kerja (job enrichment), perluasan kerja ( job enlargement), dan rotasi kerja (job rotation).

C.   Recruitment
Penarikan (recruitment) adalah upaya mencari calon karyawan yang memenuhi syarat tertentu sehingga perusahaan dapa memilih orang-orang yang paling tepat untuk mengisi lowongan. Calon karyan atau tenaga kerja dapat diperoleh melalui dua sumber yaitu dari dalam organisasi (internal) atau sumber dari luar orgnisasi (eksternal). Sumber internal adalah karyawan yang berada dalam organisasi itu sendiri untuk mengisi lowongan pekerjaan. Sedangkan sumber eksternal adalah tenaga kerja yang berasal dari pasar tenaga kerja atau luar organisasi dan diperoleh melalui periklanan, Depnakar, institusi pendidikan, dan biro jasa. Untuk proyek atau bisnis perluasan/ pengembangan dapat menggunakan sumber internal dan eksternal, sedangkan bagi proyek atau bisnis baru hanya menggunakan sumber eksternal saja.

a)      Tujuan Perekrutan
1.      Menyediakan sekumpulan calon tenaga kerja atau karyawan yang memenuhi syarat.
2.      Agar konsisten dengan strategi, wawasan, dan nilai perusahaan.
3.      Untuk membantu mengurangi kemungkinan keluarnya karyawan yang belum lama bekerja.
4.      Untuk mengkoordinasikan upaya perekrutan dengan program seleksi dan pelatihan.
5.      Untuk memenuhi tanggungjawab perusahaan dalam upaya menciptakan kesempatan kerja.

b)      Sumber Perekrutan
Calon tenaga kerja yang akan direkrut dapat diambil dari internal organisasi maupun eksternal organisasi. Perekrutan tenaga kerja dari dalam biasanya dilakukan oleh organisasi atau perusahaan yang telah lama berjalan dan memiliki sistem karir yang baik. Perekrutan tenaga kerja dari dalam memiliki keuntungan, diantaranya adalah tidak mahal, promosi dari dalam dapat memelihara loyalitas dan dedikasi pegawai, dan tidak diperlukan masa adaptasi yang terlalu lama, karena sudah terbiasa dengan suasana yang ada. Namun demikian, perekrutan dari dalam juga berarti terjadinya pembatasan terhadap bakat yang sebenarnya tersedia bagi organisasi dan mengurangi peluang masuknya pemikiran baru.
1.      Eksternal
a)      Lembaga pendidikan
b)      Teman atau anggota keluarga karyawan
c)      Lamaran terdahulu yang telah masuk
d)     Agen tenaga kerja
e)      Karyawan perusahaan lain
f)       Asosiasi profesi
g)      Outsourcing

2.      Internal
a)      Promosi
b)      Transfer atau rotasi
c)      Pengkaryaan karyawan kembali
d)     Kelompok pekerja sementara atau karyawan kontrak (temporer)

Metode perekrutan karyawan dengan sumber dari luar perusahaan dapat dilakukan melalui:
a)      Iklan di media massa (radio, koran, televisi, internet, dan lain-lain).
b)      Iklan atau adventensi diharapkan perusahaan dapat merekrut calon tenaga kerja dengan spesifikasi tertentu dan dengan pengalaman kerja tertentu. Perekrutan melalui iklan ini biasanya disertai dengan suatu janji yang menarik, misalnya gaji yang besar, masa depan yang menarik, dan sebagainya.
c)      Open house, untuk menjaring lebih banyak tenaga potensial secara umum, perusahaan dapat melakukan open house di sejumlah kalangan yang diprediksikan dapat menarik calon tenaga kerja potensial, seperti di perguruan tinggi, atau acara-acara tertentu.
d)     Menyewa konsultan perekrutan. Terkadang untuk mencari dan merekrut tenaga kerja profesional dibutuhkan konsultan yang mampu mencari tenaga tersebut, dengan demikian ada jaminan melalui konsultan perekrutan perusahaan tidak perlu membuang waktu untuk mencari tenaga kerja yang sesuai.

c)      Fungsi Proses Rekrutmen
1.      Menyediakan sekumpulan calon tenaga kerja atau karyawan yang memenuhi syarat.
2.      Agar konsisten dengan strategi, wawasan, dan nilai perusahaan.
3.      Untuk membantu mengurangi kemungkinan keluarnya karyawan yang belum lama bekerja.
4.      Untuk mengkoordinasikan upaya perekrutan dengan program seleksi dan pelatihan.
5.      Untuk memenuhi tanggungjawab perusahaan dalam upaya menciptakan kesempatan kerja.
Seleksi adalah suatu proses memilih atau mendapatkan tenaga kerja yang memenuhi syarat yang telah ditentukan organisasi. Proses seleksi diawali dari seleksi administrasi seterusnya dilanjutkan dengan uji materi, uji kesehatan, uji psikologi, dan terakhir dengan wawancara. Tujuan seleksi adalah untuk mendapatkan tenaga kerja yang paling tepat untuk menduduki suatu jabatan tertentu. Setelah proses seleksi selesai, maka tenaga kerja siap untuk ditempatkan.
Penempatan (placement) berkaitan dengan pencocokan sesorang dengan jabatan berdasarkan pada kebutuhan. Selanjutnya dilakukan orientasi, di mana uraian tugas digunakan untuk menyampaikan informasi tentang tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan standar pelaksanaan kerja yang layak oleh karyawan.
Program kompensasi perlu mendapat perhatian dalam rangka mencapai tujuan. Kompensasi adalah penghargaan atau imbalan yang diterima oleh para tenaga kerja atau karyawan atau kontribusinya dalam mewujudkan tujuan perusahaan. Kompensasi dapat berupa kompensasi financial dan kompensasi non financial. Kompetensi financial terdiri dari upah, gaji, komisi, bonus, dan asuransi. Kompensasi non financial berupa rasa aman, pengembanga diri, fleksibilitas karier, peluang kenaikan penghasilan, symbol status, pujian dan pengakuan, kenyamanan tugas, dan persahabatan. Program kompensasi yang baik bertujuan antara lain:
a.         Memperoleh tenaga kerja yang potensial dan profesional
Program kompensasi yang baik dapat memberikan gambaran yang pasti tentang pembayaran yang cukup menarik para pekerja, sehingga perusahaan akan mendapatkan orang yang tepat pada waktu yang tepat dan untuk pekerjaan/ jabatan yang tepat.
b.         Mempertahankan karyawan yang baik
Program kompensasi yang baik dapat membuat para karyawan betah dan merasa diperlakukan adil terhadap apa yang mereka berikan kepada perusahaan serta kompetitif secara eksternal sehingga mereka tidak akan pindah ke perusahaan lain.
c.         Meningkatkan produktivitas
Imbalan yang diberikan baik bersifat finansial maupun non finansial dapat memotivasi dan memberikan kepuasan karyawan sehingga dapat meningkatkan produktivitas.
d.         Memudahkan sasaran strategis
Kompensasi juga dapat memajukan sasaran organisasi seperti pertumbuhan yang cepat dan inovatif. Sasaran ini dapat dicapai karena perusahaan bisa menciptakan budaya perusahaan (corporate culture) yang menguntungkan dan kompetitif melalui perolehan tenaga kerja terbaik.










BUKU-BUKU RUJUKAN
Sondang, P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Purwana, Dedi dan Hidayat, Nurdin. 2016. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Rajagrafindo Persada

PROSA DAN PUISI CINA

PROSA DAN PUISI CINA

Lydia Jelita Jobeline, Atika Putri Utami, Luthfia Nabila Apritasari, Megawati Anggraeni
Universitas Negeri Jakarta

Artikel ini bertujuan untuk memaparkan kembali puisi dan prosa cina terutama dalam hal pengertian puisi dan prosa Cina, sejarah puisi dan prosa cina, tokoh – tokoh yang terkenal dalam menciptakan puisi dan prosa Cina hingga karya puisi dan prosa yang terkenal. Masing – masing akan dipaparkan secara bertahap, mulai dari sejarah puisi dan prosa itu terbentuk hingga karya – karya yang sudah cukup terkenal.

Kata kunci: Prosa Cina, Puisi Cina

PENGERTIAN PROSA DAN PUISI
Prosa adalah bentuk sastra yang isinya tidak berbentuk dialog, dan cerita tentang sejarah dan kejadian-kejadian, contohnya roman dan dongeng. Unsur prosa, yaitu tokoh, alur, latar.
Puisi adalah satra yang bentuknya mengisyaratkan 2 hal, yaitu keindahan dan hiburan tapi juga bermanfaat dan menghasilkan sesuatu. Puisi biasanya merupakan luapan emosi spontan dari perasaan yang kuat. Puisi berfungsi mengerahkan perasaan yang ditimbulkan dari teks itu sendiri. Puisi tidak ditulis seperti teks, dan kaidahnya tidak selalu mengikutu kebahasaan.

SEJARAH SASTRA CINA
Sejarah kesusasteraan Cina bermula sekurang-kurangnya seawal kurun ke-14SM dan perkembangannya berterusan sepanjang lebih daripada 3,000 tahun. Perkembangan kesusastraan Cina terus menerus berkembang. Sifat ini disebabkan bahasa pengantar bagi sastra Cina klasik yaitu bahasa Cina telah mengekalkan identitasnya dari segi lisan dan tulisan "walaupun negara China pernah diperintah oleh pihak asing seperti orang Mongol (dinasti Yuan, 1279-1368) dan orang Manchu (dinasti Qing, 1644-1911). Tulisan Cina pada dasarnya bersifat grafik dan bukan fonetik (non-phonetic); dan sifat ini menjadikan bahasa Cina kurang sesuai untuk digunakan dalam usaha mentranskripsikan bahasa lain. Dengan ini Bahasa Cina tetap tidak berubah dan seterusnya meninggalkan beberapa kesan terhadap kesusastraan Cina dan penyebarannya. Sifat bahasa Cina yang bukan berabjad-fonetik (alphabetic-phonetic) bermakna huruf-hurufnya tidak menunjukkan bunyi sebutan. Bahasa Cina boleh disebut berbeda dari segi fonologi mengikut tempat atau mengikut kesesuaian perubahan zaman-zaman dalam sejarah Cina. Itulah sebabnya kesusasteraan Cina dapat dinikmati dan dihayati oleh semua yang mengenali huruf Cina. Sebuah karya klasik Konfusius misalnya, boleh dibaca dalam dialek apapun tanpa menjelaskan maksudnya. Sifat bahasa Cina ini mengekalkan kesinambungan budaya Cina dan memperbolehkan kesusasteraan Cina klasik terus menjadi aset budaya masyarakat Cina yang amat bernilai.
Genre Sastera Cina Klasik dibagi menjadi 4, yaitu puisi, prosa, drama, dan fiksi. Dalam artikel ini kami hanya akan membahas puisi dan prosa.
Antologi puisi Cina yang terawal bertajuk Shijing (Klasik Puisi). Antologi ini mengandungi 305 buah nyanyian kuil, nyanyian istana dan nyanyian rakyat yang wujud pada tempoh antara zaman Zhou Barat (kurun ke-11SMP-771SM) hingga zaman Musim Bunga Musim Luruh (770SM-476SM) dan dikumpul dari kawasan Lembah Huanghe. la dipercayai disusun pada lebih kurang masa Konfusius (551SM-479SM). Puisi-puisi dalam antologi ini penuh dengan berbagai ide dan tehnik kesusastraan yang menjadi contoh dan memberi inspirasi kepada penyajak serta penulis generasi kemudian. Shijing bersama empat klasik lain yaitu: a. Yijing (Klasik Perubahan), b. Shujing (Klasik Sejarah), c. Liji (Riwayat Ritual) dan d. Chun qiu (Klasik Musim Bunga dan Musim Luruh), dikenali sebagai Wujing (Lima Klasik) yang sangat dihormati oleh sarjana- sarjana Cina. Puisi yang terkandung dalam Shijing pada asasnya dinyanyikan dengan iringan musik. Pada keseluruhannya kebanyakan puisi dalam Shijing mementingkan elemen lirik lebih daripada elemen naratif. Rima akhir diutamakan untuk mencapai kesan musik dan tidak bergantung kepada penggunaan kecantikan retorik. Puisi dalam Shijing mempunyai fungsi politik dan sosial selain daripada fungsi sastra.
Prosa Cina seperti puisi purba, juga mempunyai fungsi sosial dan politik. Bagi seorang sarjana tradisional, khasnya sarjana Konfusian, sesebuah prosa yang berkualiti harus bermanfaat dari segi moral dan etika. Satu daripada tujuan penulisan prosa adalah untuk 'menyampaikan dao', atau menunjukkan jalan atau cara dari segi moral dan etika.

TOKOH-TOKOH SASTRAWAN CINA
Berikut adalah beberapa tokoh sastrawan Cina yang menghasilkan beberapa prosa dan puisi terkenal.
  1. Su Shi
Su Shi adalah seorang sastrawan yang dilahirkan di Meishan, Provinsi Sichuan, Tiongkok Barat Daya. Ayahnya adalah seorang sastrawan bahasa kuno yang terkenal. Dengan latar belakang itulah, Su Shi sejak masa anak-anak sudah sangat berambisi. Setelah meniti kariernya sebagai pejabat, Su Shi bertekad berjuang untuk mengadakan reformasi politik dan mewujudkan ketenteraman kehidupan rakyat di Tiongkok. Dengan berperangai terus terang dan gagah berani, Su Shi selalu secara langsung mengkritik kebobrokan politik pemerintahan masa hidupnya, sehingga ia akhirnya pun menjadi korban pertarungan politik istana. Sepanjang separo umur hidupnya, ia selalu hidup dalam kesengsaraan politik yang bertimpa-timpa. Sejak usia 43 tahun, Su Shi untuk beberapa kali disingkirkan ke tempat nan jauh, yang syaratnya sangat buruk. Akan tetapi, dalam perjuangan seumur hidupnya, Su Shi memahami dengan sungguh-sungguh ajaran yang tercantum dalam tiga aliran filsafat utama pada zaman kuno Tiongkok, yaitu pikiran Konghucuisme, agama Buddha dan agama Dao.
Prosa karya Su Shi yang paling terkenal adalah prosa tentang pemandangan. Prosa Chibifu pertama dan kedua karyanya adalah dua prosa representatif Su Shi. Chibifu pertama melukiskan pemandangan pada musim rontok, di mana bulan terang, angin bertiup sepoi-sepoi sehingga udara dan sungai tampak bersih sekali. Sedangkan Chibifu kedua melukiskan pemandangan pada musim dingin, di mana terbentang gambar air tercurah dari gunung tinggi dengan bermandi sinar bulan. Kedua prosa itu berhasil mengisi prosa itu dengan suasana sajak dan lukisan tradisional, dan dipuji sebagai karya sastra teladan masa Dinasti Song.
  1. Li Bai
Sejak kanak-kanak Lǐ Bái sudah menyukai sastra, dalam sepanjang hidupnya sudah berpetualang ke berbagai belahan negara Tiongkok. Karakternya riang gembira, suka minum arak, bakat sastranya sudah tampak sejak masih kecil. Ketika berusia 42 tahun, pernah direkomendasikan menjadi pejabat di ibu kota saat itu yaitu kota Chang’an (kota Xi’an sekarang), tetapi ia menghina kekuasaan, lebih senang hidup bebas. Oleh karena itu Lǐ Bái tidak disukai di dalam lingkungan pemerintahan dan dikucilkan. Ia hanya menjabat selama tiga tahun kemudian mengundurkan diri sebagai pejabat negara, ia pergi berpetualang. Pada akhir masa hidupnya ia jatuh miskin dan meninggal dunia. Li Bai adalah seorang sastrawan beraliran romantik. Dalam sepanjang hidupnya yang penting buat dirinya adalah berpetualang dan menulis puisi. Jumlah puisi yang hingga kini masih tersimpan berjumlah 900 buah. Tema puisinya mencerminkan keadaan kehidupan masyarakat luas saat itu, memuji pemerintahan dan mengkritik kebobrokan kekuasaan saat itu. Oleh karena sifat Li Bai yang melawan arus penguasa saat itu, ia memperoleh kritikan tajam, sehingga tercermin dalam puisinya bahwa ia merasa kesepian. Pada saat berpetualang juga tidak sedikit ia menulis puisi yang bertemakan keindahan alam semesta dan berani melukiskan tentang ungkapan perasaannya. Ia Menulis apa adanya, banyak mengadung unsur hiperbola, dan kata-kata seperti dewa yang indah. Puisinya mengandung pelampiasan perasaan yang tidak mau terkekang, tetapi ingin hidup bebas dan bercirikan romantik. Karyanya selain terkenal di dalam negeri Tiongkok juga terkenal di luar negeri, seperti di Indonesia etnis Tionghoa yang hidup pada era orde baru sebagian besar hafal puisi-puisi Li Bai.
  1. Du Fu
Du Fu merupakan seorang penyair Cina yang terkenal pada masa Dinasti Tang . Ia bernama lengkap Du Zimei. Bersama dengan Li Bai, Ia sering kali disebut sebagai penyair terbesar Cina. Ambisinya yang terbesar adalah untuk membantu negerinya dengan menjadi pejabat negara yang sukses, namun Ia tidak mampu untuk memenuhi ambisinya tersebut. Walaupun pada awalnya ia tidak terlalu dikenal, namun karya-karyanya membawa pengaruh yang besar bagi budaya Cina dan Jepang . Ia disebut sebagai penyair sejarah dan penyair bijak oleh para  kritikus Cina. Di dunia barat karya-karyanya disetarakan dengan Shakespeare, Hugo, Horace, dan penyair besar lainnya. Ia terkenal dengan karyanya “Tiga Pembesar” dan “Tiga Perpisahan”. Karya-karya Du Fu terpusat pada alur sejarah, pengaruh moral, dan keahliannya dalam menulis.
Sejak zaman Dinasti Song, Du Fu sering disebut sebagai “Penyair Sejarah”. Puisi-puisinya mengomentari taktik militer dan kesuksesan atau kegagalan dari pemerintah, juga puisi nasihat yang ditulisnya untuk kaisar. Secara tidak langsung, ia menulis mengenai pengaruh ketidakstabilan politik yang terjadi pada saat itu kepada dirinya dan juga rakyat Cina. Komentar politik Du Fu lebih berdasarkan emosi. Namun, karena pandangan-pandangannya sulit dibantah, pemahamannya tentang apa yang baik yang dinyatakannya dengan kuat memungkinkan ia diangkat sebagai tokoh utama dalam sejarah puisi Tiongkok.
  1. Xue Tao
Xue Tao (768-831), nama kesopanan Hongdu bersama dengan Yu Xuanji dan Li Ye (李 冶) adalah salah satu dari tiga penyair paling terkenal wanita Cina dari Dinasti Tang. Xue adalah putri seorang pejabat pemerintah kecil di Changan, yang merupakan ibukota Cina selama Dinasti Tang. Ayahnya, Xue Yun dialihkan ke Chengdu, saat ia masih kecil, atau mungkin sebelum kelahirannya. Karir dewasanya juga menawarkan dia kesempatan untuk belajar dari berlatih menjadi penyair. Mungkin masa itu mereka terlalu miskin sehingga Xue telah sebagai pelacur dan penghibur di Chengdu dan pada waktu itu dia menjadi terkenal karena kecerdasan dan bakat puitisnya. Puisinya menarik perhatian Gao Wei, gubernur militer Xichuan Circuit (yang berkantor pusat di Chengdu modern, Sichuan) dan dibuat sebagai nyonya rumah resminya. Dalam posisi ini ia bertemu dengan para penyair seperti Zhen Yuan. Cerita ini menunjukkan karisma kedua tokoh. Tentu saja, dia bertukar puisi dengan Yuan dan banyak penulis terkenal lainnya dan dilanjutkan sebagai nyonya rumah setelah kematian Wei. Beberapa tahun kemudian, Xue mampu hidup mandiri di sebuah situs luar kota terkait dengan penyair besar dari generasi sebelumnya, Du Fu. Beberapa catatan sumber yang mendukung dirinya sebagai pembuat kertas rakyat yang digunakan untuk menulis puisi.

SUMBER


Reklamasi Teluk Jakarta

BAB I
PENDAHULUAN

       I.            Latar Belakang
Selama satu dasawarsa terakhir, wacana reklamasi Teluk Jakarta semakin kencang. Berbagai kebijakan pemerintah muncul, ada yang melarang, tetapi tak jarang melegalkan reklamasi. Tahun ini, wacana tersebut menguat, dihadirkan dengan mengusung tujuan mulia menambah luasan Jakarta sebagai antisipasi perkembangan ibu kota negara.
Reklamasi bukan hal baru bagi Jakarta. Kegiatan untuk meningkatkan manfaat sumber daya lahan dengan pengurukan dan pengeringan lahan atau drainase tersebut sudah mulai dilakukan sejak 1980-an. PT Harapan Indah mereklamasi kawasan Pantai Pluit selebar 400 meter dengan penimbunan. Daerah baru yang terbentuk digunakan untuk permukiman mewah Pantai Mutiara.
Dalam catatan pemberitaan Kompas, PT Pembangunan Jaya melakukan reklamasi kawasan Ancol sisi utara untuk kawasan industri dan rekreasi sekitar tahun 1981. Sepuluh tahun kemudian, giliran hutan bakau Kapuk yang direklamasi untuk kawasan permukiman mewah yang sekarang dikenal dengan sebutan Pantai Indah Kapuk. Tahun 1995, menyusul reklamasi yang digunakan untuk industri, yakni Kawasan Berikat Marunda.

Saat itu, kegiatan reklamasi di empat lokasi tersebut sudah menimbulkan perdebatan. Sejumlah pihak menuduh reklamasi Pantai Pluit mengganggu sistem PLTU Muara Karang. Diduga, ini terjadi akibat adanya perubahan pola arus laut di areal reklamasi Pantai Mutiara yang berdampak terhadap mekanisme arus pendinginan PLTU. Tak hanya itu, tenggelamnya sejumlah pulau di perairan Kepulauan Seribu diduga akibat dari pengambilan pasir laut untuk menimbun areal reklamasi Ancol. Namun, dampak negatif tersebut tidak diindahkan. Upaya reklamasi dipilih untuk menambah luas daratan ibu kota negara.

Wiyogo Atmodarminto, Gubernur DKI Jakarta waktu itu, menyatakan reklamasi ke utara Jakarta dipilih karena perluasan ke arah selatan sudah tidak memungkinkan lagi. Rencana reklamasi seluas 2.700 hektar tersebut pertama kali dipaparkan di hadapan Presiden Soeharto, Maret 1995. Selain untuk mengatasi kelangkaan lahan di Jakarta, proyek reklamasi juga untuk mengembangkan wilayah Jakarta Utara yang tertinggal dibandingkan empat wilayah lain.
Untuk memuluskan rencana tersebut, disahkan Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta dan Perda Nomor 8 Tahun 1995. Namun, munculnya dua kebijakan ini "menabrak" Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Jakarta 1985-2005. Di dalam dokumen RUTR tersebut tidak disebutkan mengenai rencana reklamasi.
Tarik ulur kebijakan
Sejak 1995 tersebut terjadi "perang" aturan antara Pemprov DKI Jakarta dan Kementerian Lingkungan Hidup. Kementerian Lingkungan Hidup dalam berbagai kebijakannya menyebutkan bahwa reklamasi tidak layak dilakukan karena akan merusak lingkungan. Sementara Pemprov DKI Jakarta bersikeras agar reklamasi tetap dilakukan.
Tahun 2003, Kementerian Lingkungan Hidup menyatakan, proyek reklamasi tidak bisa dilakukan karena Pemprov DKI tidak mampu memenuhi kaidah penataan ruang dan ketersediaan teknologi pengendali dampak lingkungan. Ketidaklayakan tersebut disampaikan dengan SK Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2003 tentang Ketidaklayakan Rencana Kegiatan Reklamasi dan Revitalisasi Pantai Utara.
Surat keputusan tersebut tidak menghentikan langkah Pemprov DKI. Tahun 2007, enam pengembang yang mendapat hak reklamasi menggugat Menteri Lingkungan Hidup ke pengadilan tata usaha negara (PTUN). Mereka beralasan sudah melengkapi semua persyaratan untuk reklamasi, termasuk izin amdal regional dan berbagai izin lain. PTUN memenangkan gugatan keenam perusahaan tersebut.
Kementerian Lingkungan Hidup lalu mengajukan banding atas keputusan itu, tetapi PTUN tetap memenangkan gugatan keenam perusahaan tersebut. Kementerian Lingkungan Hidup lalu mengajukan kasasi ke MA. Pada 28 Juli 2009, MA memutuskan mengabulkan kasasi tersebut dan menyatakan, reklamasi menyalahi amdal.
Tahun 2011, keadaan berbalik karena MA mengeluarkan putusan baru (No 12/PK/TUN/2011) yang menyatakan, reklamasi di Pantai Utara Jakarta legal. Namun, putusan MA tersebut tidak serta-merta memuluskan rencana reklamasi. Untuk melaksanakan reklamasi, Pemprov DKI Jakarta harus membuat kajian amdal baru untuk memperbarui amdal yang diajukan tahun 2003. Juga dengan pembuatan dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang melibatkan pemda di sekitar teluk Jakarta.
Saat rencana reklamasi terkatung-katung oleh berbagai aturan yang menghadangnya, tahun 2012 Presiden SBY menerbitkan Perpres No 122 Tahun 2012. Perpres mengenai reklamasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tersebut menyetujui praktik pengaplingan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Teluk Jakarta.
Tahun 2014, Pemprov DKI di bawah kepemimpinan Gubernur Fauzi Bowo kembali mengukuhkan rencana reklamasi. Surat Keputusan Gubernur DKI Nomor 2238 Tahun 2013 keluar pada Desember 2014 dengan pemberian izin reklamasi Pulau G kepada PT Muara Wisesa Samudra.
Namun, Kementerian Kelautan dan Perikanan menilai, kebijakan tersebut melanggar karena kewenangan memberikan izin di area laut strategis berada di tangan kementeriannya meski lokasinya ada di wilayah DKI Jakarta. Tak hanya itu, Kementerian Koordinator Kemaritiman juga meminta pengembang dan Pemprov DKI Jakarta membuat kajian ilmiah rencana reklamasi Pulau G di Jakarta Utara. Kajian ilmiah itu perlu dijelaskan kepada publik sehingga publik tahu detail perencanaan dan bisa mengawasi proyek reklamasi.
Akhir September 2015, Kementerian Kelautan dan Perikanan mengkaji penghentian sementara (moratorium) reklamasi. Reklamasi diusulkan hanya untuk pelabuhan, bandara, dan listrik. Di luar itu tidak boleh ada reklamasi untuk hotel, apartemen, mal, dan sebagainya.
Moratorium yang masih berupa kajian tersebut tidak menghentikan langkah Pemprov DKI Jakarta untuk tetap melaksanakan reklamasi. Akhir Oktober 2015, Pemprov DKI menyatakan mulai mempersiapkan tahap awal pengembangan pulau-pulau reklamasi. Pulau O, P, dan Q akan diintegrasikan dengan Pulau N untuk pembangunan Port of Jakarta.

    II.            Rumusan Masalah
1.      Apakah dampak postif dan negatif dari reklamasi Pantai Utara Jakarta?
2.      Bagaimana meninjau reklamasi Pantai Utara Jakarta berkenaan dengan tujuan Otonomi Daerah?
Tujuan
1.      Untuk mengetahui dampak positif dan negatif dari reklamasi Pantai Utara Jakarta.
2.      Untuk mengetahui sesuai atau tidaknya tujuan reklamasi Pantai Utara Jakarta dengan tujuan Otonomi Daerah.











BAB II
PEMBAHASAN

       I.            Kajian Teori
Berikut adalah dampak positif dan dampak negatif dari reklamasi pesisir pantai secara umum.
Dampak positif
1.      Ada tambahan daratan buatan hasil pengurugan pantai sehingga dapat dimanfaatkan untuk bermacam kebutuhan.
2.      Daerah yang dilakukan reklamasi menjadi aman terhada perosi karena konstruksi pengaman sudah disiapkan sekuat mungkin untuk dapat menahan gempuran ombak laut.
3.      Daerah yang ketinggianya dibawah permukaan air laut bisa aman terhadap banjir apabila dibuat tembok penahan air laut di sepanjang pantai.
4.      Tata lingkungan yang bagus dengan perletakan taman sesuai perencanaan, sehingga dapat berfungsi sebagai area rekreasi yang sangat memikat pengunjung. 

 Dampak negatif
1.      Akan terjadi perubahan ekosistem pada lingkungan seperti perubahan pada pola arus erosi pada pantai, maka perubahan demikian dapat membahayakan suatu daerah atau lingkungan karena dapat mengakibatkan banjir.
2.      Akan berdampak buruk pada system drainase dan perubahan hidrodinamika yang mempunyai dampak negatif ke pada lingkungan dan masyarakat yang ada disekitarnya.
3.      Akan mengganggu lingkungan sekitar quarry karena adanya galian yang dilakukan dengan cara pengeprasan bukit maupun pulau-pulau yang tidak mempunyai penghuni.
4.      Beberapa keanekaragaman hayati akan punah seperti hilangnya spesies mangrove, punahnya spesies ikan, kerang laut dan lain sebagainya akibat dari proyek reklamasi.

Tujuan adanya otonomi daerah, diantaranya yaitu :
1.      Meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Dengan adanya otonomi daerah maka pemerintah daerah akan dengan leluasa merencanakan dan membangun daerahnya sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah, hal ini dapat mengatasi kesenjangan pembangunan yang selama ini menjadi keluhan dari masyarakat daerah.
2.      Meningkatkan pelayanan umum.
Dengan adanya otonomi daerah pemerintah daerah diharpakan mampu meningkatkan pelayanan umumnya tanpa menunggu keputusan-keputusan dari pemerintah pusat, hal ini juga mempercepat kinerja pemerintah daerah dalam melayani masyarakat daerah.
3.      Meningkatkan daya saing daerah.
Dalam mewujudkan hal ini, pemerintah daerah dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam menggali dan memanfaatkan segala potensi untuk mengembangkan daerahnya agar mencapai kemajuan dan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut. Untuk itu peran dan partisipasi masyarakat amat sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan ini.

    II.            Analisa Kasus
Wacana reklamasi 17 pulau ini terus bergulir sejak zaman Orde Baru. Namun, sudah 10 tahun bergulir, reklamasi tersebut urung dilakukan. Berbagai pendapat mendukung dan menentang rencana reklamasi tersebut.
Reklamasi untuk menambah ruang pembangunan Jakarta merupakan salah satu pendapat yang mendukung proyek reklamasi. Kawasan selatan Jakarta sudah tidak mungkin dikembangkan karena fungsinya sebagai daerah konservasi. Juga dengan wilayah timur dan barat yang sudah telanjur padat penduduk karena sejak 1985 pengembangan wilayah Jakarta sudah diarahkan ke timur dan barat.
Alasan lain adalah untuk mengembangkan kawasan utara Jakarta. Pengembang yang membangun kawasan tersebut akan menghasilkan pajak dan retribusi. Selanjutnya pemasukan baru PAD DKI Jakarta tersebut digunakan untuk memperbaiki kawasan kumuh.
Namun, justru alasan ini dipertanyakan banyak pihak. Jika ingin menambah ruang pembangunan, bukan dengan melakukan pembangunan horizontal ke wilayah utara. Pembangunan vertikal dengan memperhatikan kaidah lingkungan secara perlahan harus diterapkan. Selain itu, arus migrasi manusia ke Jakarta juga perlahan perlu ditahan dan diarahkan ke wilayah mitra (Bodetabek).
Penggunaan area reklamasi untuk subsidi silang pemasukan daerah juga merupakan langkah tidak tepat. Seberapa besar pengawasan yang dilakukan Pemprov DKI untuk memastikan para pengembang membayar pajak dan retribusi? Pengembang yang telah menginvestasikan banyak uang akan membatasi pemasukannya bagi pajak dan retribusi pemda.
Berbagai pendapat yang mendukung bahwa reklamasi berdampak positif pada lingkungan. Reklamasi berupa pulau akan memperlancar aliran banjir ke laut, berfungsi sebagai bendungan untuk menahan kenaikan permukaan air laut, dan sebagai sumber air bersih Jakarta Utara. Juga ada pendapat bahwa reklamasi akan memecah gelombang dan mengurangi risiko abrasi. Pendapat tersebut memerlukan kajian lebih lanjut.
Pihak yang menentang akan mengaitkan reklamasi berdampak negatif pada lingkungan. Sebut saja akan mengakibatkan ekosistem pesisir terancam punah. Kehancuran itu antara lain berupa hilangnya berbagai jenis pohon bakau di Muara Angke, punahnya ribuan jenis ikan, kerang, kepiting, dan berbagai keanekaragaman hayati lain.
Selain itu, reklamasi juga akan memperparah potensi banjir di Jakarta karena mengubah bentang alam (geomorfologi) dan aliran air (hidrologi) di kawasan Jakarta Utara. Perubahan itu antara lain berupa tingkat kelandaian, komposisi sedimen sungai, pola pasang surut, pola arus laut sepanjang pantai, dan merusak kawasan tata air.
Tak hanya persoalan lingkungan, reklamasi berdampak juga pada masalah sosial, seperti pada kehidupan nelayan Jakarta Utara. Reklamasi pantura Jakarta diyakini menyebabkan 125.000 nelayan tergusur dari sumber kehidupannya dan menyebabkan nelayan yang sudah miskin menjadi semakin miskin.
Terakhir, muncul pertanyaan substansial: reklamasi di Teluk Jakarta itu diperuntukkan bagi siapa? Tidak semua kelas ekonomi masyarakat Jakarta bisa menikmati reklamasi tersebut. Reklamasi yang dibangun pengembang dengan dana triliunan rupiah tentu akan dijual dengan harga mahal. Hanya golongan ekonomi atas yang mungkin akan menikmati reklamasi tersebut. Hal ini penulis anggap tidak sesuai dengan tujuan ekonomi daerah, yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat, dimana harus ada pembangunan secara merata di semua dareah ibukota.














BAB III
SIMPULAN

Kawasan selatan Jakarta sudah tidak mungkin dikembangkan karena fungsinya sebagai daerah konservasi. Juga dengan wilayah timur dan barat yang sudah telanjur padat penduduk karena sejak 1985 pengembangan wilayah Jakarta sudah diarahkan ke timur, barat, dan utara.  Reklamasi berdampak positif pada lingkungan. Reklamasi berupa pulau akan memperlancar aliran banjir ke laut, berfungsi sebagai bendungan untuk menahan kenaikan permukaan air laut, dan sebagai sumber air bersih Jakarta Utara. Juga ada pendapat bahwa reklamasi akan memecah gelombang dan mengurangi risiko abrasi. Akan tetapi, reklamasi memerlukan kajian lebih lanjut untuk menghindari dampak-dampak negative yang diramalkan para ahli bagi lingkungan dan untuk menghindari ketidaksesuaian dengan tujuan otonomi daerah, yaitu untuk kesejahteraan masyarakat Jakarta.

















DAFTAR PUSTAKA
               
Rosalina, M. Puteri. Kompas: Dilema Reklamasi Pantai Jakarta. Jakarta, 2015. (http://print.kompas.com/baca/2015/11/11/Dilema-Reklamasi-Pantai-Jakarta )